Prof. Mr. Lee dalam pengantarnya mengatakan sangat terkesan dengan penduduk Indonesia pada umumnya dan Bantul pada khususnya, lebih khusus lagi dusun Puton. Dimulai sejak gempa bumi 2006 lalu warga Korsel beberapa kali mengunjungi Bantul dan sampai saat ini tetap terjalin komunikasi yang intensif, sehingga kunjungan saat ini ingin lebih di tingkatkan yang sebelumnya hanya mendukung Puton sebagai desa wisata dan kampung durian, untuk kedepan menjadikan Puton sebagai kampung Korsel. Menurut Mr. Lee yang dimaksud kampung Korsel yakni ada beberapa bangunan ciri khas Korsel untuk pusat studi bahasa dan budaya Korsel, dengan harapan dapat dijadikan sarana terjalinnya pertukaran budaya antar dua negara. Karena di daerahnya juga sudah berdiri kampung Puton.
Selama ini mahasiswa dan masyarakat dari Korsel yang berkunjung ke dusun Puton selalu berusaha membawa informasi perkembang dusun tersebut ke mahasiswa baru, sehingga menarik adik kelasnya untuk meneruskan program yang telah dimulai sejak gempa tahun 2006. Program tersebut bukan hanya ide mahasiswa dari Hanseo Univercity Korsel, namun juga didukung oleh Ormas Cemaundong dan wakil Gubernur Pem. Prop Chengcheongnam-do yang saat ini ikut mendampingi.
Bupati Bantul Hj. Sri Suryo Widati yang didampingi Ibu Soraya Ketua Posdaya Puton Trimulyo Jetis Bantul, Kepala SD Kowang Dra. Istina dan Dinas Pariwisata Bantul dalam tanggapannya sangat mendukung sekali program tersebut. Apalagi Korsel juga menjadi tujuan TKI yang mengadu nasib ke luar negeri. Sehingga apabila kerjasama ini terjalin dengan baik para TKI sesekali waktu bila rindu kampung halanan tidak usah pulang cukup main ke kampung Puton yang ada di Korsel. Dan harapan kedepan nantinya kesempatan kerja dan keselamatan TKI di Korsel lebih baik lagi.
Dalam kunjungan tersebut juga melibatkan Pusat Studi Korea dan LPP UGM yang kegiatannya biasanya antara 10 14 hari. (dib)