Kebiasaan masyarakat Bantul yang sering menggelar hajatan juga berkontribusi terhadap kemajuan usaha kami. Mereka sering memesan wingko kami sebagai oleh-oleh, ujar Rini yang memiliki 30 orang karyawan.
Usaha yang dijalankannya sejak tahun 2008 telah berkembang dengan pesat bahkan dirinya mengaku omsetnya mencapai Rp. 300 juta perbulan. Saat ini pesanan wingko masih seputar daerah Yogyakarta saja. Saya tertarik untuk memproduksi wingko mengingat makanan ini masih disukai masyarakat walaupun kami juga memproduksi roti. Kebetulan disini banyak bahan baku sehingga memudahkan kami mengembangkan usaha, tuturnya.
Dikatakannya bahwa wingko produknya yang dinamai Hayu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan yang ada di pasaran yakni tidak mengeras walaupun disimpan beberapa hari, tetapi justru semakin empuk. Hal itulah yang kerap disukai masyarakat. (nurcholis)