"Dengan kondisi tanah seperti ini, agar tebing tidak longsor diterjang derasnya air hujan maka harus segera dibuat bronjong-bronjong untuk menahan air. Untuk menanggulangi longsor, tebing harus dibuat miring tidak vertikal,"papar Ngarso Dalem di sela-sela kunjungan.
Memang kondisi tanah yang juga gembur dan lunak sehingga jika basah tanah menjadi sangat licin, akan mudah tergelincir. Padahal di bawah tanah tersebut ada jalan raya untuk akses lalu lintas. Bahkan tebing di desa Wonolelo, Pleret dengan ketinggian lebih dari 10 meter longsor dan meyebabkan akses jalan yang menghubungkan antara kecamatan Pleret dengan kecamatan Dlingo terputus. "Kawasan Wonolelo ada 4 titik yang kondisinya tergolong rawan longsor. Untuk membentuk tanah menjadi miring dibutuhkan tanah sepajang 50 meter. Namun tanah yang ada di atas tebing ini adalah milik warga sehingga harus dibicarakan dulu dengan pemilik tanah yang nanti akan dibebaskan,"kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bantul Ir. Heru Suhadi,MT.
Kunjungan Gubernur itu sendiri dilakukan agar Pemerintah DIY maupun pemerintah kabupaten Bantul melakukan langkah-langkah pencegahan terjadinya hal yang sama. Gubernur percaya pasti warga bisa diajak kerjasama dengan pemerintah untuk membuat jalan penyelesaian terhadap masalah bencana ini. Selanjutnya mengenai terjadinya badai Narrele dan puting beliung Sultan mengatakan,"Semua warga diharap untuk waspada dan berhati-hati dengan adanya angin besar atau puting beliung yang bisa merusak/merobohkan rumah serta pepohonan. Kemudian bagi warga yang rumahnya roboh atau rusak berat akibat terjangan angin tersebut, pemerintah akan memberi bantuan untuk rekonstruksi/ perbaikan." (dew)