Angka Remitasi TKI DIY Capai Rp. 284 Miliar

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), mendata remitasi (pengiriman uang) dari TKI asal DIY pada 2013 lalu mencapai Rp 285 miliar. Sedangkan untuk Bantul sendiri, angka remitasi sebanyak Rp. 74 miliar. Atas tingginya peredaran uang dari TKI tersebut, sebenarnya mereka berpotensi untuk menggerakkan perekonomian lokal.

Kepala BNP2TKI Gatot Abdullah Mansyur usai Temu Wicara dan Ekspo TKI Purna yang bertema "Kita Tingkatkan Usaha Ekonomi Produktif Menuju Kesejahteraan ", Rabu (17/9) di Lapangan Paseban Bantul mengatakan, kondisi tersebut sebagai upaya memotivasi TKI dan keluarganya untuk mengembangkan ekonomi mikro dan kewirausahaan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi daerah.

Gatot menambahkan TKI Purna banyak yang dapat bergerak dibidang ekonomi produktif diantaranya membuat aneka usaha makanan, sangkar burung, batik dan sebagainya. "Penempatan TKI keluar negeri hanya sebagai alternatif mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Sekarang terdapat 6 juta TKI di luar negeri, mereka menopang minimal 6 orang anggota keluarganya." terang Gatot.

Sehingga, tambah Gatot, jika rata-rata ada sekitar 30 juta orang Indonesia yang ditopang kehidupannya oleh TKI, maka TKI sudah bisa mengentaskan kemiskinan 30 juta penduduk Indonesia. Agenda Temu Wicara dengan menghadirkan TKI Purna yang sukses berwirausaha di negeri sendiri, dapat menjawab tantangan penanggulangana angka kemiskinan.

Gatot juga menerangkan bahwa Bantul merupakan kantong TKI, terbukti di Tahun 2013 terdapat 1.332 orang TKI Bantul dikirim ke luar negeri, tahun 2014 hingga Agustus sudah terdapat 525 otang TKI dikirim keluar negeri pula.

"Namun kami juga masih sangat prihatin karena terdapatnya sekitar 7.000 TKI di Korea yang illegal karena lari dari majikan untuk mencari gaji yang lebih besar. Bahkan menurut kabar terdapat beberapa TKI yang suka foya-foya dengan mengambil cauti untuk melancong ke negeri lain sekedar ketemu dengan temannya.” kata Gatot.

“Sementara dari sisi devisa, remitasi TKI Bantul tahun 2013 sebesar 74 miliar, potensi besar untuk menggerakkan perekonomian daearah." terang gatot.

Ada pula profil TKI purna asal Sleman Sumardiyono dapat mengembangkan modal hasil jerih payahnya sebagai TKI untuk mendirikan restoran besar, bertambah lagi mempunyai usaha swalayan, biro perjalanan dan usaha lainnya dengan keuntungan bersih sekitar Rp 100 juta per bulan.

Sementara Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam Ke IX mengapresiasi perkembangan Pemerintah dalam memperjuangkan rakyatnya memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, walaupun harus dengan bekerja di tempat yang jauh dengan meninggalkan keluarganya.

Berdasar UU 39 Tahun 2004, tentang penempatan dan Perlindungan TKI dari pra dan masa purna dilakukan oleh pemerintah.

Pada kesempatan tersebut Wakil Bupati Bantul Drs. Sumarno PRS mengatakan, peluang kerja di luar negeri merupakan upaya strategis untuk menangani pengangguran dalam negeri. Karena saat ini, tambah Sumarno, masih cukup tinggi angka pengangguran yang ada dan minimnya informasi tentang lapangan kerja di dalam negeri, tidak mudahnya memperoleh pekerjaan sesuai kompetensi dan sebagainya, mendorong banyak angkatan kerja untuk mencari solusi sebagai TKI di luar negeri.

"Untuk itu Temu Wicara TKI ini sebagai solusi mengatasi pengangguran dan membuka usaha baru pasca kepulangan mereka menjadi TKI di luar negeri." kata Sumarno.

Acara Temu Wicara dihadiri sebanyak 500 peserta Purna TKI, yang terdiri dari TKI dari kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB), DIY, Jakarta, Banten, Jatim, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan yang lainnya. Terdapat juga 14 stand display hasil produksi purna TKI. Dalam kegiatannya diluncurkan pula produk gula semut oleh TKI Kulon Progo yang sudah diekspor ke negara Jerman. (Sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :