Sebagaimana yang di katakana Hartono (42) warga Bangeran Rt. 06, Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta, yang ditemui di rumahnya mengatakan, untuk menopang ekonomi keluarga tidak harus jadi PNS namun semangat kerja. Berbekal pengalaman kerja di perusahaan kulit telah mengantarkan berwirswasta dalam bidang yang sama.
“Berbekal pengetahuan mengolah kulit, saya membuat kerajinan dari bahan finil untuk membuat berbagai keperluan rumah tangga†jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan untuk memberikan kepercayaan kepada pembeli baik dalam negeri maupun luar negeri maka didirikan Shifa Craaf. Sejak itu beberapa toko, perusahaan atau hotel mulai banyak yang memesan.
Produk yang dibuat harus selalu mengalami inivasi baru baik ide sendiri maupun dari pemesan sehingga tidak jenuh dan terkesan jadul. Disamping itu dari bahan juga mengikuti permintaan, karena di luar negeri ternnya yang barbahan natural.
Untuk pangsa pasar dalam negeri,cukup luas seperti Jakarta, Bali, Bandung, Solo, Malang dan Batam. Untuk memenuhi pesanan tidak mungkin dikerjakan sendiri maka direkrut tenaga sebanyak 15 orang dari warga setempat.
Saat ini Shifa Craff mendapat pembinaan Tri Wahyuningsih, SE.MSi. dari Ipteks Bagi Produk Eksport (IBPE) yang merupakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UPN YK Direktorat Penelirian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M Dikti).
Menurut Tri, banyak wirsawasta di Indonesia yang menghadapi kendala saat berhubungan dengan pembeli dari luar negeri, sehingga banyak yang harus lewat pengepul. Kadang hal seperti ini merugikan produsen yang hanya dihargai murah.
“Dengan pembinaan diharapkan para perajin berani menawarkan barangnya ke luar negeri dan tahu aturan bila harus ekspor sehingga tidak bohongi†jelasnya. (mw)