Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bambang Guritno, SH mewakili Bupati Bantul, budaya Jawa yang syarat akan simbol-simbol nilai-nilai leluhur berperan signifikan dalam menciptakan kehidupan sosial masyarakat yang penuh kedamaian, hormat-menghormati, tepa selira dan semangat gotong royong. " Nenek moyang kita, khususnya leluhur tanah tanah Jawa telah lama menanamkan budi pekerti kepada penerusnya, budaya Jawa memegang prinsip 'nguwongke orang lain dibanding dirinya sendiri, " katanya.
Berangkat dari rasa 'nguwongke' atau sangat menghormati orang lain ini, seseorang akan pandai-pandai menilai kepribadiannya, selalu instropeksi dan mawas diri dalam bergaul di dalam komunitasnya. Sehingga di dalam masyarakat Jawa kita kenal dengan slogan " Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busono dan ajining bangsa saka budaya" makna slogan ini begitu indah dan tepat kita praktekkan dalam hidup di Negara Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika ini.
Sementara itu Pangarsa Paguyuban Abdi Dalem Kabupaten Bantul Projosuwasono dalam kata sambutannya, busana merupakan lambang peradaban dan budaya setempat, busana Jawi Gagrak Ngayogyokarta merupakan identitas masyarakat Yogyakarta. Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat merupakan pusat atau central kebudayaan Jawa yang adiluhung.
Seperangkat pakaian adat Jawa merupakan pakaian yang unik dan penuh makna simbol-simbol sosial kemasyarakatan sehingga bila tidak mengetahui, seseorang yang akan mengenakan terasa ribet dan tidak praktis. " Kami selaku Pengurus Abdi Dalem, merasa bangga karena tiap tanggal 20 ASN di Kabupaten mengenakan busana adat Jawa, sebagai langkah kongkrit Pemerintah Kabupaten Bantul dalam melestarikan dan nguri-uri budaya Jawa, " ungkapnya. (rch)