Tim fasilitator dari Fakultas Pertanian UGM yang dipimpin Pak Dekan Dr.Jamhari, M.Sc. bersama Dinas Pertanian Bantul, akhirnya berhasil meyakinkan kelompok tani di Trimulyo Jetis Bantul untuk menyepakati pendekatan komersial dengan menerapkan sistem "corporate farming" atau "bertani secara berjamaah" dalam seluruh prosesnya dg prinsip efisiensi dan penerapan teknologi.
Langkah pertama adalah mengkonsolidasikan lahan dengan cara membedah galengan agar diperoleh skala keekonomian lahan produksi, dari semula 124 petak menjadi 22 petak dengan total luasan 7,5ha. Tujuannya antara lain agar bisa digerakkan alat - alat modern seperti rice transplanter (mesin penanam) & combine harvester (mesin pemanen) yg mensyaratkan luasan tertentu agar dapat bergerak dengan efektif & cepat.
Penggunaan mesin-mesin modern tersebut sekaligus menjawab problem kelangkaan buruh tandur & buruh panen. " Kini tiada lagi Mbokde Painah, Paijem, Yu Waginah dan Wagiyem, mereka sudah tua-tua, bahkan sebagian sudah meninggal, sementara tenaga muda sekarang makin jauh dari dunia pertanian, " ungkapnya.
Bisakah Anda membayangkan anak - anak muda sekarang semisal Veronika Yuliani Putri, Indah Jelita Permatasari atau Friska Amelia Dewi sedang nandur (menanam) padi di sawah? " Nama-nama seperti itu tampaknya lebih sesuai bekerja di sektor-sektor sekunder (manufaktur) atau sektor tersier (jasa), bukan sektor primer (pertanian) lebih-lebih yang konvensional, " tandasnya.
Source FB : Abdul Halim Muslih (Diskominfo)