Hal demikian dikatakan oleh Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantul, Dra. Mursumartinah di kantornya, Rabu(12/12). Tenaga pemantauan juga akan dibantu dari kader Kesehatan hewan, Poskewan kecamatan, PPK, serta dari Fakultas Peternakan UGM.
"Untuk penyakit yang perlu diwaspadai kebanyakan adalah cacing hati sedangkan kalau antrak tidak ada. Padahal masyarakat pada umumnya tidak tahu tentang cacing hati ini. Ciri-cirinya jika hati hewan yang disembelih banyak lobangnya, " katanya. Jika dikonsumsi maka akan mengakibatkan keracunan dengan gejala perut mual dan diare. Memang cacingnya jika dimasak mati tapi efek racunnya masih berbahaya bagi tubuh dan tidak hilang. Untuk itu dihimbau masyarakat tidak mengkonsumsi hati daging dengan ciri-ciri tersebut.
Mursumartinah menjelaskan bahwa tahun lalu banyak ditemukan penyakit cacing hati ini, yaitu ada sekitar 78 kasus dan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Diperkirakan tahun ini jumlah hewan korban akan meningkat sehingga perlu diwaspadai penyakit cacing hati ini.
Sebagai langkah antisipasi terhadap penyakit pada ternak ini, pihaknya sudah melakukan pengobatan secara rutin pada hewan ternak yang ada di Bantul. Diharapkan pengobatan rutin ini akan mengurangi jumlah kasus hewan kurban yang bermasalah. " Namun untuk hewan ternak yang didatangkan dari luar daerah kita nggak bisa apa-apa, " tambahnya.
Sementara itu dijelaskannya bahwa dalam memilih hewan kurban masyarakat harus jeli dan teliti. Beberapa ciri hewan sehat diantaranya tidak cacat, tidak buta, ekornya tidak terpotong, tidak kurus, bulu bersih mengkilap, bergerak lincah, nafsu makan normal, cara nafas normal, lubang-lubang kumlah bersih, suhu badan dibawah 40 derajat celcius, tinja dan urine normal.
Adapun ciri-ciri hewan yang sakit, antara lain, berkulit kotor dan kusam, gerak lemas, nafsu makan kurang, cara nafas sesak, lubang kumlah keluar darah hitam, suhu badan ditas 40 derajat celcius, tinja dan urine berwarna kemerahan. (nc)