Taman Wisata Jati Larangan terletak di Dusun Iroyudan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Taman ini merupakan destinasi wisata baru yang merupakan salah satu program unggulan dari Lurah Desa Guwosari Masduki Rohmad, S.I.P dimana setiap Dusun diwajibkan untuk membuat satu unggulan. Kemudian, atas rapat yang dihadiri oleh kepala dusun, RT, RW dan warga setempat , akhirnya terbentuklah lokasi tersebut menjadi tempat destinasi wisata yakni Taman Jati Larangan, karena pada waktu itu pariwisata menjadi sektor paling unggul di kalangan masyarakat.
Letak lokasi taman wisata Jatilarangan kebetulan berdampingan dengan sebuah makam yang memiliki cerita bersejarah, sehingga akan menjadi tempat wisata religi. Makam tersebut ialah makam Mbah Wiroyudho, itulah sebabnya Dusun tersebut dinamakan Dusun Iroyudan. Kepala Dusun Iroyudan, Muhammad Hisyam (45) menuturkan dari penjelasan sesepuh bahwasanya Mbah Wiroyudho merupakan teman seperjuangan dari Pangeran Diponegoro dan merupakan seorang punggawa dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Meskipun Mbah Wiroyudho ini seorang punggawa dari Keraton, namun Beliau ketika berada di Dusun yang sekarang menjadi Desa Wisata tersebut tidak mau disebut sebagai seorang punggawa dari Keraton. Beliau ingin membantu Pangeran Diponegoro dengan cara mengalihkan perhatian Belanda menggunakan metode dakwah yakni mengaji di Dusun tersebut, hal ini bertujuan agar Belanda tidak mengarah kepada Pangeran Diponegoro yang pada waktu itu sedang melakukan penghimpunan kekuatan di Goa Selarong. Akhirnya, ketika Mbah Wiroyudho wafat, beliau dimakamkan di Dusun Iroyudan yang asal kata namanya diambil dari nama Mbah Wiroyudho. Nama asli Mbah Wiroyudho ialah Kyai Mabrurrohim.
“ Taman Jatilarang ini awalnya merupakan lahan milik warga setempat, terdapat 6 sertifikat resmi milik warga yang disumbangkan untuk membangun suatu kawasan dengan harapan mampu menjadi pusat sektor perekonomian di Dusun Iroyudan, terang Hisam.
Tidak hanya pusat perekonomian saja, namun juga untuk memusatkan segala kegiatan. Dalam kurun waktu 2 tahun pertama, warga diminta untuk memberikan keikhlasannya dengan gratis atau free. Namun selanjutnya, untuk 2 tahun kedepan akan ditinjau kembali setelah situasi dan kondisi benar-benar memungkinkan dan membaik dengan harapan bisa menambah sumber devisa. Taman wisata Jatilarang ini dibangun murni dari dana swadaya masyarakat dan belum ada dana dari Pemerintah setempat.
Sejauh ini, dana yang sudah terpakai dalam proses pembangunan yakni sudah mencapai kurang lebih 150 juta. Dana tersebut didapatkan dari meminjam kepada warga yang memiliki perekonomian lebih atau mampu untuk memberikan pinjaman dana kemudian mengangsur setiap bulannya.
Taman Jatilarangan ini resmi dibuka pada tanggal 15 Maret 2020 , namun sehari setelah itu Pemerintah mengumumkan bahwa ada kasus Covid-19 di Bantul, maka Taman Jatilarangan ditutup kembali dan baru mulai dibuka kembali pada Bulan Juli 2020 setelah terdapat maklumat New Normal , meskipun demikian namun tidak terlepas dari tetap mematuhu protokol kesehatan bagi setiap pengunjung yang datang. Puncak ramainya dikunjungi oleh pengunjung biasanya pada Hari Minggu pagi, sedangkan pada hari biasa ramainya pengunjung pada sore hari selepas Ashar , biasanya pengunjung yang datang mereka beramai-ramai dengan bersepeda. Taman Jatilarangan selain menjadi tempat wisata, rekreasi, religi dan hiburan namun juga sebagai tempat yang sangat cocok untuk wisata kuliner.
Makanan tradisional yang dijajakan dan akan menjadi khas iconik Desa Wisata tersebut ialah Tembak dan Peso. Tembak merupakan tempe dan rambak, sedangkan peso merupakan tempe dan So. So sendiri merupakan daun melinjo yang masih muda dan diolah menjadi campuran makanan atau sayur So.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengapresiasi destinasi wisata Taman Jatilarangan tersebut bekerjasama dengan RBTV dalam program Leyeh-Leyeh yang memanfaatkan Taman Wisata Jatilarangan untuk lokasi shooting. Pembukaan wisata Taman Jatilarangan yang dibangun sendiri oleh warga Iroyudan dapat menjadi referensi bagi Desa-Desa di seluruh Kabupaten Bantul dalam pemanfaatan sumber daya alam yang mampu menjadi sektor pariwisata dan juga menopang pertumbuhan sektor lainnya.
Di kawasan Wisata Taman Jatilarangan ini juga terdapat Sultan Ground yang berada di wilayah bagian atas, dan akan dibangun Gardu Pandang, hal ini bertujuan agar para pengunjung merasa puas dengan tempat wisatanya dan menikmati panorama sekitar dari atas gardu. “Harapannya agar pengunjung tidak muspro (kecewa) , dan menjadi obat rasa capeknya” tutur Muhammad Hisyam. (Nurma UMY/Rachmanto).