Batik menjadi warisan kebudayaan yang membanggakan untuk Indonesia. Untuk melestarikan budaya batik para Pengrajin batik saat ini semakit inovatif dalam menciptakan karyanya. Seperti yang dilakukan oleh para pengrajin batik kayu di Desa Wisata Krebet Sendangsari Pajangan Bantul.
Sanggar Peni milik Pak Kemiskidi adalah salah satu sanggar pengrajin Batik Kayu yang telah berdiri sejak tahun 1989. Pada awalnya Sanggar Peni hanya memproduksi topeng untuk menari, kemudian seiring berjalannya waktu mulai memproduksi barang lainnya seperti souvernir, alat rumah tangga, hingga furniture.
Pengrajin di Desa Wisata Krebet ini biasa menggunakan berbagai macam jenis kayu untuk membuat Batik kayu, tergantung barang apa yang akan di produksi. Jenis kayu yang biasa digunakan yaitu kayu sengon, kayu munggur, kayu jati, dan khusus untuk wayang menggunakan kayu klepu.
Keseluruhan proses produksi di Sanggar Peni ini dilakukan hand made dari bahan awal hingga menjadi sebuah karya. Pengrajin mengatakan Untuk membatik pada kayu, tidak bisa menggunakan cap seperti pada kain, melainkan di batik langsung menggunakan canting pada kayu.
Sebelumnya produk hand made batik kayu ini biasa dipasarkan ke seluruh Indonesia, namun selama pandemi fokus pemaran produk ini hanya di Bali dan Yogyakarta. Produk batik kayu ini dijual dari harga lima ribu rupiah untuk berbagai macam gantungan kunci hingga puluhan juta rupiah untuk produk furniture, namun rata2 harga produk yang ada dipasaran seperti keperluan rumah tangga berkisar antara 50.000 – 100.000 rupiah.
Seperti kita ketahui Batik Indonesia resmi diakui oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda pada sidang UNESCO di Abu Dhabi. Kerajinan Batik Kayu ini menjadi salah satu inovasi yang menarik untuk tetap menjaga warisan budaya.