Srimartani Misuwur, Ngudi Lestarining Budaya


Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih menghadiri acara  Ritual Tradisi dan Sarasehan Budaya dengan tema Srimartani Ngudi Lestaring Budaya bertempat di Dusun Rejosari Srimartani Piyungan pada hari ini (Minggu 14/11).

Acara yang diawali dengan menampilkan pentas seni tarian tradisional ini juga dihadiri oleh Perwakilan DPRD Bantul, Lurah Kalurahan Srimartani, Kepala Bidang Paniradyo Keistimewaan, Kepala balai pelestarian nilai budaya DIY, Kepala balai pelestarian cagar budaya DIY, Panewu Kapanewon Piyungan, Lurah Kalurahan Srimartani, Pemerhati Budaya, Akademisi dari Pusat Studi Pariwisata UGM, serta warga masyarakat Dusun Sejosari Srimartani.

Dalam sambutannya Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih berpesan agar masyarakat Srimartani menyatukah langkah agar kebudayaan di Dusun Sejosari Srimartani bisa dilestarikan, karena budaya merupakan identitas yang berbeda dari setiap daerah. “Karena itu budaya adiluhung yang diwariskan pada kita, kita harus lestarikan agar kehidupan kita menjadi lebih baik. Salah satu budaya adiluhung adalah gotong royong,” pesannya.

Bupati Bantul menambahkan jika masyarakat menerapkan budaya guyub rukun dalam kehidupan sehari-hari , semestinya kita dapat menanggulangi kemiskinan lebih cepat, karena adanya gotong royong dalam masyarakat. Bupati Bantul mengajak masyarakat Srimartani untuk menjadikan kebudayaan sebagai pusaka, untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. “Seperti Kabupaten Bantul yang pernah porak poranda saat gempa 2006, lalu masyarakat Bantul dapat bangkit dengan mengandalkan solidaritas sosial dan lung tinulung sebagai karakter masyarakat Bantul kebudayaan adiluhung,”tambahnya.

Acara Inti Pada Kegiatan Srimartani Misuwur kali ini adalah sarasehan budaya yang menghadirkan narasumber Kepala Dusun Srirejo, Didik Katoris, Pemerhati Budaya, Eri Kusumawardani, Lurah Kalurahan Srimartani, H. Mulyana, Kepala Desa Sutopati, Slamet Nursidi, Pelaku Seni Rejosari, Semi Tejo Nurhadi, Ketua Lengger Tayub Magelang, Suyoto, serta Perwakilan Pusat Studi Pariwisata UGM, Sotya Sasongko.

Kesimpulan dari sarasehan kali ini adalah dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak dalam rangka melestarikan budaya. Hal ini tidak akan berjalan lancar apabila hanya dilakukan oleh pemerintah namun juga harus ada andil dari masyarakat dengan cara memiliki rasa handarbeni, rasa memiliki dan juga rasa untuk mau melestarikan budayanya. Karena bangsa yang besar itu adalah bangsa yang bukan hanya mau untuk megenal tapi juga mampu untuk melestarikan budaya yang menjadi identitasnya.

 

Berbagi:

Pos Terbaru :