Jika selama ini hal yang melekat di mata masyarakat awam soal program KB (Keluarga Berencana) adalah penggunaan berbagai macam alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, pada kenyataannya, program KB yang dicanangkan pemerintah lebih dari sekadar hal tersebut. Sebab, sejatinya KB bukanlah program pembatasan anak, melainkan soal pengaturan kelahiran dan pengendalian penduduk.
Dalam acara bertajuk Sosialisasi Program Bangga Kencana bersama mitra kerja Provinsi D.I.Y yang diselenggarakan oleh BKKBN (16/4), Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih menekankan bahwa pengaturan kelahiran serta pengendalian penduduk dirasa penting demi terciptanya generasi emas Indonesia. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, bahwa keberhasilan KB turut mendorong lahirnya generasi emas Indonesia 2045.
"Kita ini punya cita-cita generasi emas Indonesia di tahun 2045. Generasi yang lahir ini harus kuat dan produktif," ujar Sukamto.
Pada kenyataannya, program KB dan lahirnya generasi emas memang memiliki kaitan erat. Shodiqin, perwakilan BKKBN D.I.Y, menjelaskan program KB tidak semata-mata penggunaan alat kontrasepsi bagi mereka yang sudah menikah. Sasarannya kini justru kepada para remaja dan mereka yang tengah merencanakan pernikahan. Sebab Keluarga Berencana artinya merencanakan kehidupan berkeluarga sejak pra nikah. Seperti pemahaman batas minimal usia menikah, di umur berapa tubuh seorang perempuan siap untuk dibuahi, dan lain sebagainya.
Maka tidak heran apabila Kabupaten Bantul melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan KB (DP3AP2) terus menggalakkan kampanye mencegah pernikahan dini. Praktik pernikahan dini, di mana salah satu atau kedua mempelai menikah dengan usia di bawah batas minimal yang ditentukan pemerintah, besar kemungkinan anak yang dilahirkan akan mengalami stunting.
Dampak dari anak yang lahir dengan kondisi stunting sayangnya berlangsung hingga mereka tumbuh dewasa kelak. Jika tidak ditangani dengan baik, anak yang lahir stunting akan susah menyesuaikan diri dengan anak seusia mereka yang tumbuh sehat. Ketika remaja, produktivitas mereka tidak maksimal. Saat dewasa, sejumlah aktivitas menjadi terkendala. Itulah mengapa ketika program KB tidak diindahkan, lalu banyak anak terlahir stunting, maka lahirnya generasi emas Indonesia akan terhambat.