Jamasan atau siraman pusaka Pemerintah Kabupaten Bantul kembali dilaksanakan di komplek Rumah Dinas Bupati, Kamis (25/8). Salah satunya adalah pusaka Agnya Murni yang merupakan pemberian Sultan Hamengku Buwono X saat peringatan hari jadi Kabupaten Bantul ke-169 pada 20 Juli 2000.
Pusaka berbentuk tombak ini memiliki pesan sosial agar nilai-nilai kehidupan yang berperadaban harus ditegakkan sebagai pilar membangun pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Hal ini diambil dari kata Agnya yang bermakna parentah atau pemerintahan, serta Murni yang berarti murni, bersih, dan otentik.
Menurut Ketua Paguyuban Abdi Dalem di Kabupaten Bantul, Kanjeng Mas Tumenggung Projosuwasono, jamasan yang dilakukan setiap bulan Suro ini secara lahiriah bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di pusaka. Sedangkan jika dilihat dari batiniyah, jamasan bisa dijadikan pengingat untuk senantiasa membersihkan diri dari hal yang tidak baik.
“Secara batiniyah, kita diwajibkan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Harus instropeksi. Tahun lalu, yang belum baik diperbaiki. Sedangkan yang sudah baik harus ditingkatkan,” ujarnya.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Kanjeng Mas Tumenggung Projosuwasono, Sekretaris Kundha Kabudayan Kabupaten Bantul, Fauzan Nur Arifin, menambahkan tradisi jamasan itu juga salah satu langkah mendoakan leluhur dan motivasi generasi masa kini untuk meneruskan nilai-nilai leluhur. Sehingga hal-hal baik bisa dilestarikan dan bersemangat untuk berinovasi dan berkreasi agar bisa mewariskan nilai-nilai sosial yang baik kepada generasi selanjutnya.
“Harapannya ini juga agar terciptnya kemakmuran dan kejayaan bagi Kraton Ngayogyakarta Hadidingrat dan Kabupaten Bantul,” pungkasnya.