Gudheg dan Yogyakarta bukan hal yang asing lagi tentunya di telinga kalian. Gudheg merupakan makanan khas Yogyakarta yang tentunya sudah dikenal oleh banyak orang. Biasanya Gudheg terbuat dari bahan dasar nangka. Namun, ada salah satu gudheg yang menjadi makanan khas Kabupaten Bantul, yaitu Gudheg Manggar. Gudheg ini terbuat dari putik bunga kelapa dengan rasa cenderung gurih. Gudheg Manggar ini menjadi salah satu dari 26 Warisan Budaya Tak Benda Daerah Istimewa Yogyakarta yang di tetapkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Hidangan ini menjadi favorit raja-raja pada zaman dahulu. Bahannya yang langka membuat gudheg ini tidak bisa di produksi setiap hari. Bila putik bunga kelapa diambil, maka harus mengorbankan buah kelapa yang dinanti oleh para petani. Cara memilih bahan bakunya pun tidak sembarangan, perlu pengalaman yang tinggi “ngelmu titen” agar dapat mendapatkan manggar yang “gemudheg” (layak dimasak menjadi gudheg). Tidak terlalu muda atau sudah lewat waktunya hingga menjadi keras. Manggar yang gemudheg berada dalam lindungan mancung (kelopak penutup).
Gudheg Manggar merupakan makanan eksklusif karena bahannya yang terbatas, harganya cukup mahal, punya teknik memasak tersendiri, dengan cita rasa yang khas dan level sosial pembelinya lebih bergengsi. Karena eksklusif, biasanya gudheg ini disebut dengan Gudhegnya para Priyayi. Namun saat ini bahan utama Gudheg Manggar semakin langka, dikarenakan kurangnya minat masyarakat dalam berkebun pohon kelapa yang hanya diambil manggarnya.
Tentunya dengan bahan utama yang semakin langka, maka hanya sebagian kecil masyarakat saja yang melakukan produksi Gudheg Manggar. Selain itu, pembuatannya yang sulit dan harus sabar tidak seperti gudheg nangka biasa yang di ibaratkan akan matang sendiri bila dibiarkan dalam kuali, tidak dengan Gudheg Manggar yang harus dikawal hingga matang untuk menciptakan rasa yang pas.