Jamu Kiringan Curi Perhatian BPOM dan 7 Kementerian

Puluhan penjual jamu keliling berjajar di sepanjang sisi jalan Desa Wisata Kiringan, Canden, Jetis. Para perempuan ini turut menyambut tamu dari 7 kementerian/lembaga teknis pada acara kunjungan upaya literasi dan inovasi berbasis desa di Desa Wisata Jamu. Acara ini digelar pada Rabu siang (12/10) dan diinisiasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Sebagai informasi, Desa Kiringan sendiri merupakan sentra industri jamu tradisional di Kabupaten Bantul. Keberadaannya ditetapkan melalui Peraturan Bupati Bantul. Ekosistem ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Saat ini 132 orang penjual jamu masih aktif menjajakan jamunya di sekitar Jetis, Pundong, Imogiri, hingga Pleret. 

Sejalan dengan hal tersebut, jamu di Kabupaten Bantul bukan hanya sebagai sarana peningkatan kesehatan masyarakat saja, namun juga sebagai motor penggerak ekonomi serta pemberdayaan perempuan di wilayah Kalurahan Kiringan, Canden. Demikian penjelasan Abdul Halim Muslih, Bupati Bantul dihadapan para tamu peserta kunjungan. 

“Kekuatan potensi jamu di Bantul ini ditetapkan sebagai inovasi daerah oleh Dinas Kesehatan yakni Seroja, sehat ekonomi meningkat karo jamu, inovasi ini berhasil masuk ke jajaran TOP 45 Inovasi Publik tingkat nasional,” terang Halim. 

Senada dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM, Reri Indriani, mengatakan bahwa data dari lembaganya menunjukan 87% produsen obat tradisional termasuk jamu adalah UMKM. Oleh karenanya pemberian dukungan kepada para produsen jamu tradisional ini turut menggerakan ekonomi rakyat yang mendukung perekonomian nasional. 

BPOM sendiri telah memberikan intervensi secara langsung dengan cara melakukan pendampingan untuk produsen jamu agar mereka mampu memproduksi jamu dengan standar kesehatan dan kebersihan. Selain itu ada pula bantuan beruapa sarana prasarana guna mendukung produktivitas.


 

Berbagi:

Pos Terbaru :