Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten di DIY yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempabumi dan tsunami. Hal tersebut dikarenakan aktivitas subduksi megatrhust di selatan Jawa. Zona megathrust tersebut merupakan zona pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Samudra Hindia yang berpotensi mengakibatkan gempa kuat yang dapat disertai tsunami.
Hal tersebut yang melatarbelakangi BMKG menggelar program Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) yang dibuka pada Senin (10/07/2023) bertempat di Gedung Pertemuan Pemda Bantul II. Mengambil tema “Ready Together, Resilient Together” kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) tahun 2023 ini diselenggarakan di 30 lokasi di seluruh Indonesia, salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Bantul, dan dikomando oleh unit pelaksana teknis daerah (UPTD).
Seperti yang disampaikan oleh,Setyo Aji Prayudi, Kepala Stasiun Geofisika Sleman, dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh komponen masyarakat paham dan mampu melakukan penyelamatan terhadap bencana gempabumi dan tsunami sehingga dapat meminimalisir resiko korban jiwa maupun korban materiil.
“Selain itu, SLG ini juga bertujuan untuk mewujudkan Tsunami Ready Community atau masyarakat siaga tsunami dengan lokus 5 (lima) kalurahan di Kabupaten Bantul, yakni Kalurahan Parangtritis, Tirtohargo, Srigading, Gadingsari, dan Poncosari,” terang Setyo Aji.
Bupati Bantul yang diwakili oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten Bantul, Drs. Didik Warsito, M.Si., menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten bantul dalam hal ini BPBD Bantul senantiasa berupaya meningkatkan kewaspadaan masyarakatnya melalui langkah mitigasi struktural maupun non struktural, seperti pengadaan alat Early Warning System (EWS), pelatihan, gladi atau simulasi.
“Mitigasi struktural secanggih apapun tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi kapasitas SDM yang baik. Oleh karena itu, mitigasi struktural dan non struktural harus berjalan seimbang,” tutur Didik.
Didik juga menyebutkan, sinergi dan kolaborasi antar stakeholder baik pusat maupun daerah sangat diperlukan seperti halnya SLG ini. Maka dari itu, Didik menyampaikan terima kasihnya karena sudah menjadikan 5 (lima) kalurahan di Kabupaten Bantul menjadi Tsunami Ready Community atau masyarakat siaga tsunami.
Kegiatan SLG ini rencananya akan dilangsungkan selama 2 (dua) hari, Senin-Selasa 11-12 Juli 2023 dan diikuti oleh 50 peserta yang terdiri atas komunitas desa, komunitas sekolah, instansi pemerintah daerah, komunitas kebencanaan, komunitas media, komunitas pariwisata, dan aparat. Dalam 2 hari tersebut, peserta akan mendapatkan materi mengenai kesiapsiagaan tsunami, melakukan gladi ruang (table top exercise), susur jalur evakuasi tsunami, serta verifikasi tsunami ready di Kabupaten Bantul. (Ans)