Keprihatinan akan kondisi lingkungan dan permasalahan sampah yang tak kunjung usai, menggelitik para seniman untuk melahirkan karyanya. Memadukan antara seni, sains, dan teknologi, terciptalah Monumen Antroposen yang berdiri di wilayah Kalurahan Bawuran tak jauh dari TPST Piyungan. Proyek ini diinisiasi oleh Iwan Wijono dan Franziska Fennert menggandeng arsitek Dhoni Yudhanto dengan pembiayaan dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan Gothe-Institut. Menghabiskan dana lebih dari 2,5 miliar, diperkirakan proyek Monumen Antroposen akan selesai pada 2 tahun mendatang.
Tak hanya sebagai monumen, tempat ini nantinya menjadi pusat riset pengolahan sampah plastik yang memberikan solusi bagi lingkungan. Dalam pembangunannya, Monumen Antroposen menggunakan material seperti batu bata, tegel, genting, dan lainnya yang terbuat dari olahan sampah kantong plastik. “Harapannya dengan adanya monumen ini dapat menjadi pusat pembelajaran sehingga di tempat lain dapat melakukan pemrosesan sampah dengan metode yang sama secara masif dan sporadis,” ungkap Dhoni, sang arsitek.
Batu bata dari plastik yang sudah diproduksi sebagian sudah tertata apik mejadi dinding penutup monumen yang berdiri dengan tiga lantai tersebut. Sekilas jajaran bata nampak seperti batu bata pada umumnya, namun jika diperhatikan lebih teliti, terlihat tekstur yang unik dan berbeda. Material ini pun menurut dhoni sudah banyak dilirik oleh rekan-rekan sejawatnya yang bergelut dalam dunia arsitektur. “Jika diolah dengan teknologi yang tepat serta efektif, didukung dengan pemasaran yang bagus, material ini bisa jadi alternatif dan komoditas pasar dengan harga yang bersaing,” imbuh Dhoni.
Untuk membuat 1 blok batu bata rata-rata dibutuhkan 6 kg sampah kantong plastik yang dicacah kemudian dihancurkan dan dilakukan proses cetak atau press. Besaran jumlah sampah kantong plastik yang dapat diolah disesuaikan dengan model yang akan dibuat. Pengolahan seperti ini tentu akan membawa dampak yang signifikan dalam pengurangan sampah plastik yang menjadi masalah sampai saat ini karena keterbatasannya dalam proses penguraian.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menengok sendiri proyek pembangunan yang masih berjalan tersebut pada Selasa siang (25/7/2023). Dirinya menyambut baik penggunaan teknologi mesin yang digunakan untuk pengolahan sampah kantong plastik. “Pengolahan sampah ini membuka pikiran kita bahwa sampah plastik tidak sepenuhnya masalah, justru dapat menjadi faktor ekonomi baru untuk sistem ekonomi yang berputar atau circular economy,” ungkap Halim.