Kerjasama Bantul Atasi Sampah Plastik Tanpa Residu

Permasalahan sampah masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama. Mulai Tahun 2024 ini, Gubernur DIY telah memerintahkan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan desentralisasi pengelolaan sampah. Dalam rangka mempersiapkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan berbagai langkah dan upaya, mulai dari mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengurangan sampah, optimalisasi TPS3R, hingga peningkatan peran kalurahan melalui BUMKal untuk mengolah sampah. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Ari Budi Nugroho, dalam sambutannya pada acara Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2024, Launching Operasional ITF Pasar Niten dan Penandatanganan MoU PT SBI di Pasar Niten, pada Selasa (27/2/2024) mengatakan bahwa pada Tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Bantul telah membangun ITF Pasar Niten dengan kapasitas 5 ton per hari, serta TPST Modalan. Sedangkan pada Tahun 2024, telah dialokasikan anggaran untuk pembangunan TPST di Sedayu, dan akan beroperasi secara penuh pada Bulan Oktober 2024. 

“Meskipun semua proses dalam mendukung kebijakan desentralisasi pengelolaan sampah telah dilaksanakan, kita masih menghadapi permasalahan, yaitu masih adanya selisih antara kapasitas pengurangan sampah dengan jumlah sampah yang harus ditangani. Dimana sampah yang dibuang oleh Kabupaten Bantul ke TPA Piyungan selama ini kurang lebih 150 hingga 170 ton per hari,” ungkap Ari. 

Sejalan dengan tema Hari Peduli Sampah Nasional Tahun 2024, yaitu Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif, perwakilan PT Solusi Bangun Indonesia sebagai salah satu produsen semen mengaku senang menjadi bagian dari solusi penyelesaian sampah di Kabupaten Bantul, dan akan berkomitmen untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan sampah, terutama sampah plastik, karena sampah yang dibawa ke pabrik semen akan dimanfaatkan secara paripurna serta tidak akan meninggalkan residu sehingga tidak menimbulkan masalah baru. 

Sementara itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah membangun kebudayaan baru, yaitu budaya ramah lingkungan dengan melakukan pemilahan sampah dari rumah tangga. Selain itu, juga dibutuhkan tempat pengolahan sampah modern dengan paradigma baru, mengolah sampah menjadi komoditi ekonomi. 

“Sampah merupakan salah satu penanda kesejahteraan masyarakat. Sangat sulit untuk mengurangi sampah, jadi yang kita butuhkan saat ini adalah menyiapkan tempat pengolahan sampah produktif yang dapat mengubah sampah menjadi komoditi ekonomi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat,” ucap Halim. (Pg)

Berbagi:

Pos Terbaru :