Bermula dari kecintaan pada keindahan anggrek, Andreas Seto Aji dan Sri Widyastuti membangun usaha budidaya tanaman hias yang kini bernama Widy Orchid, yang berlokasi di Dusun Mriyan, Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Bantul.
Ditemui di Kediamannya pada Selasa (27/5/2025), Widyastuti menceritakan memilih pensiun dini dari pekerjaannya, dengan keyakinan bahwa pasar anggrek masih luas dan harga jualnya stabil bahkan cenderung naik.
“Saya mulai serius menekuni usaha ini sejak 2018, setelah belajar langsung di Semarang dan aktif mengikuti berbagai pelatihan serta seminar online,” kata Widyastuti.
Widy Orchid tak hanya menjual anggrek berbunga, tapi juga menyediakan bibit dalam berbagai tahap pertumbuhan. Harganya bervariasi, dari Rp30 ribu hingga belasan juta rupiah tergantung jenis dan kelangkaannya. Salah satu anggrek langka, Capung Jawa, bisa dihargai Rp17 juta rupiah.
“Anggrek jenis itu langka dan tidak disilangkan lagi. Banyak kolektor memburunya karena karakteristiknya yang bisa berbunga lebat secara terus menerus,” ujar Widyastuti.
Mayoritas pembeli datang dari luar daerah, bahkan dari ujung barat hingga timur Indonesia. Meski banyak transaksi dilakukan secara daring, calon pembeli kerap meminta video call untuk memastikan kualitas tanaman sebelum membeli.
Selanjutnya, untuk menjaga lingkungan tanam tetap ideal, Andreas menjelaskan, ia menggunakan weedmat untuk menutup tanah dan mencegah pertumbuhan gulma, serta memasang paranet yang menyerap sebagian cahaya matahari.
“Proses dari bibit hingga berbunga cukup panjang. Setelah enam bulan di ruang pembesaran, butuh waktu sekitar dua setengah tahun sampai anggrek benar-benar berbunga. Area pembenihan pun dilengkapi jaring anti-serangga dan atap plastik guna melindungi bibit dari hujan dan sengatan matahari langsung.,” jelas Andreas.