Wukirsari Ditetapkan sebagai Kawasan Berbasis Kekayaan Intelektual Tahun 2025 oleh Kemenkum RI

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum DIY, Agung Rektono Seto, menyambangi kantor Bupati Bantul, pada Rabu (12/06/2025). Kunjungan tersebut dalam rangka penyerahan Piagam Kawasan Berbasis Intelektual Tahun 2025. Penghargaan ini diberikan secara langsung oleh Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas, dalam acara Expose Kinerja Satu Dekade dan Apresiasi Kekayaan Intelektual Tahun 2025 yang digelar di Jakarta, pada Rabu (4/6/2025) lalu.

Dari seluruh Indonesia, Penetapan Penghargaan Kekayaan Berbasis Intelektual Tahun 2025 ini hanya diberikan kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kalurahan Wukirsari di Bantul. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap potensi budaya daerah.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyampaikan apresiasinya atas penetapan Wukirsari sebagai Kawasan Berbasis Kekayaan Intelektual 2025 Kategori Kawasan Karya Cipta dari Kementerian Hukum RI. 

“Kami mengucapkan terima kasih atas apresiasi yang telah diberikan kepada kami. Terima kasih juga kepada Bapak Lurah, serta seluruh pihak yang telah mendukung proses ini,” ungkap Bupati. 

Bupati juga berharap agar prestasi ini semakin menguatkan eksistensi Wukirsari sebagai wilayah yang kaya akan potensi budaya. 

“Sangat besar artinya bagi Wukirsari sendiri dan Bantul, agar tidak hanya sekadar dilestarikan, tetapi Wukirsari akan semakin percaya diri sehingga lebih termotivasi, terdorong untuk meningkatkan karya ciptanya. Semoga pak lurah bisa membuat program-program yang menguatkan Wukirsari sebagai Kawasan Karya Cipta,” imbuhnya. 

Lurah Wukirsari, Susilo Hapsoro, menyampaikan bahwa pengakuan ini tidak lepas dari konsistensi masyarakat dalam melestarikan budaya membatik di tiga padukuhan yakni Cengkehan, Giriloyo dan Karangkulon. Ketiganya berada di wilayah Wukirsari yang dikenal aktif mempertahankan nilai-nilai budaya sejak era Sultan Agung.

“Budaya membatik ini sudah ada sejak Sultan Agung membangun makam raja-raja Mataram di Imogiri. Hingga kini, pembatik aktif di wilayah kami berjumlah 643 orang,” ujar Susilo.

Pada tahun 2023 lalu, kawasan ini juga berhasil mencetak prestasi dengan meraih rekor MURI sebagai kawasan wisata dengan jumlah pembatik terbanyak. Keberhasilan ini sekaligus menjadi pendorong semangat warga untuk terus mempertahankan identitas budaya mereka.

Lebih dari sekadar pelestarian budaya, kegiatan membatik di Wukirsari juga telah berkembang menjadi edu-wisata. Wisatawan dapat belajar langsung proses membatik bersama para pengrajin, yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi lokal.

“Tahun 2024 ini, kami juga dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik Dunia. Ini menunjukkan bahwa dengan menjaga budaya lokal, kita bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambah Susilo.

Tak hanya batik, Kalurahan Wukirsari juga memiliki potensi besar dalam bidang tatah sungging, seni menghias wayang kulit yang masih lestari hingga kini. Sentra utama kerajinan ini berada di wilayah Pucung, yang saat ini dihuni lebih dari 400 pengrajin aktif.

Penetapan Wukirsari sebagai  Kawasan Berbasis Kekayaan Intelektual 2025 Kategori Kawasan Karya Cipta ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas masa lalu, melainkan juga investasi masa depan. Dengan komitmen bersama, warisan budaya seperti batik dan tatah sungging dapat terus tumbuh sebagai identitas kuat sekaligus sumber kesejahteraan masyarakat. (AG)

Berbagi:

Pos Terbaru :