Ratusan layang-layang dengan berbagai corak kembali menghiasi langit di Pantai Parangkusumo, Bantul, dalam gelaran Jogja International Kite Festival. Festival ini digelar pada tanggal 26-27 Juli 2025 dan merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul, Komunitas Talikama, Komunitas Angkasa Satu, serta mendapat dukungan penuh dari Dana Keistimewaan.
Tahun ini, Jogja International Kite Festival diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri. Tercatat enam negara turut serta dalam ajang ini, yakni Amerika Serikat, Slovenia, Slovakia, Jerman, Korea Selatan, dan Malaysia. Para pelayang internasional membawa sekitar 35 layang-layang untuk ditampilkan dalam festival. Sementara dari dalam negeri, sekitar 35 klub pelayang dari berbagai wilayah Indonesia turut berpartisipasi. Festival layang-layang telah menjadi tradisi yang mengakar di berbagai daerah di Indonesia. Layang-layang tidak hanya dianggap sebagai hiburan, namun bagian dari kearifan lokal yang memperkaya khasanah budaya.
Ketua panitia Jogja International Kite Festival 2025, Anang Saryanto, mengungkapkan bahwa sebelum acara puncak, pihak panitia telah melakukan promosi melalui kegiatan roadshow yang tidak hanya memperkenalkan seni bermain layang-layang, tetapi juga interaksi dengan budaya lokal dan upaya pelestarian alam. Strategi ini diharapkan mampu menggaet lebih banyak lagi pelayang ke depannya. Ia juga menyampaikan harapannya agar penyelenggaraan festival ini terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu event ini terus berbenah, salah satunya adalah meningkatkan standar keamanan.
“Harapan kami ke depan dalam penyelenggaraan event ini, kami berharap untuk terus mendapat support baik dari pemerintah ataupun dari pihak swasta. Sehingga kita bisa menciptakan sebuah event internasional yang memang benar-benar diminati oleh pelayang internasional yang lain,” tuturnya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyambut baik pelaksanaan festival ini dan menyebut bahwa kehadiran event internasional di wilayah Bantul berpotensi besar meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Pemilihan Pantai Parangkusumo sebagai venue menurutnya sangat cocok mengingat pantai ini merupakan top of mind-nya pariwisata di DIY yang melegenda.
“Mudah-mudahan ini akan terus berjalan secara lestari sehingga menjadi tradisi, menjadi kalender event pariwisata di Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta, yang bisa diandalkan bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta,” pungkas Halim.
Senada dengan Halim, dalam sambutannya, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Imam Pratanadi, mengamini bahwa event internasional seperti festival layang-layang berdampak signifikan untuk menarik wisatawan. Ia juga menyampaikan apresiasi atas keberhasilan penyelenggara menarik peserta mancanegara di tengah situasi ekonomi global yang masih menantang. “Saya sangat berharap dengan penyelenggaraan ini di tahun-tahun yang akan datang akan lebih banyak lagi peserta dari luar negeri,” ujarnya.
Salah satu pengunjung kite festival asal Mangiran, Purwoko, juga turut menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan acara ini. Menurutnya, acara tahun ini lebih aman karena pengunjung dibatasi dengan pagar sehingga potensi terjadi kecelakaan menurun. Ia mengaku bangga sebab dengan adanya event berskala internasional di Bantul karena meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bantul. Menurut pengamatannya, kendaraan roda empat yang masuk ke wilayah Parangkusumo didominasi oleh plat luar jogja. "Semoga event layangan kelas internasional semakin digemari masyarakat dan tidak hanya di Parangkusumo, mungkin bisa di pantai-pantai lain," ucapnya.
Pada hari pertama, festival menampilkan lomba layang-layang kategori tradisional, dua dimensi, atraksi layang-layang, serta Rokkaku Challenge. Sementara pada hari kedua, kompetisi berlanjut dengan kategori tiga dimensi dan train naga. Jumlah layang-layang nasional yang dilombakan mencapai hampir 200 unit, terbagi dalam beberapa kategori, antara lain layang-layang tradisional khas Yogyakarta yakni mancunan, layang-layang dua dimensi, kategori tiga dimensi, dan kategori train naga yang menjadi kelas paling prestisius. (Jhn)