Dari Limbah Jadi Berkah! PKM-PM UGM Olah Limbah Tongkol Jagung Jadi Briket Bernilai Rupiah

Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) UGM bekerja sama dengan PKK Dusun Kalimundu, Gadingharjo, Bantul, menginisiasi upaya pengolahan limbah pertanian tongkol jagung menjadi briket yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Inisiatif ini bertujuan untuk mengoptimalkan pembakaran kalor, sekaligus mengurangi limbah pertanian yang selama ini hanya dibuang.

PKM-PM UGM berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek), khususnya unit Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa). Tim PKM-PM UGM yang tergabung dalam program Briket Jagung Kalimundu (BIJAK) berhasil memperoleh pendanaan untuk mewujudkan kegiatan ini. Program ini juga melibatkan aktifnya PKK Dusun Kalimundu sebagai pionir dalam penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung.

Serangkaian kegiatan program telah dilaksanakan mulai dari 24 Agustus hingga 21 September 2025. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi program, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan briket, praktik mandiri, workshop pemasaran, dan ditutup dengan monitoring serta evaluasi. Setelah program selesai, tim PKM-PM UGM BIJAK berencana untuk terus memantau perkembangan melalui grup WhatsApp dan kunjungan langsung ke lokasi.

Proses pembuatan briket dimulai dengan penjemuran tongkol jagung hingga kering. Selanjutnya, tongkol jagung dibakar menggunakan metode pembakaran tertutup dalam drum pirolisis. Teknik ini tidak hanya mengurangi polusi udara dibandingkan dengan pembakaran terbuka, tetapi juga menghasilkan asap cair yang dapat digunakan sebagai pestisida alami. Setelah proses pembakaran, tongkol jagung yang telah menjadi arang dihaluskan dengan mesin penepung. Tepung arang kemudian dicampur dengan perekat berupa tepung kanji dan air, lalu dicetak menggunakan cetakan khusus. Briket yang telah dicetak dijemur hingga kering, memastikan bahwa potongan-potongan briket tidak saling menempel. Proses selanjutnya adalah merendam briket dengan larutan garam untuk mengoptimalkan pembakaran kalor. Setelah proses penjemuran terakhir, Briket Jagung Kalimundu (BIJAKU) siap untuk dikemas dan dipasarkan.

Ketua PKK Dusun Kalimundu, Agni, berharap program ini tidak hanya berhenti pada pelatihan, tetapi dapat berkelanjutan, dapat diterapkan, dan dikembangkan lebih lanjut oleh ibu-ibu PKK di Dusun Kalimundu. “Kami berharap setelah pelatihan ini, ibu-ibu di Dusun Kalimundu bisa terus memproduksi briket dan menjadikannya sumber penghasilan tambahan,” ujar Agni.

Lis, salah satu peserta pelatihan, mengungkapkan, "Dulu kami tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan tongkol jagung setelah panen. Biasanya langsung dibuang. Sekarang, kami bisa mengolahnya menjadi briket yang bermanfaat," katanya. 

Sementara itu, testimoni lain datang dari peserta bernama Nur, ia mengatakan "Kami mendapatkan pengalaman luar biasa. Dari yang sebelumnya tidak tahu cara membuat briket, kini kami tahu langkah-langkahnya. Harapan kami, ke depan kami bisa memproduksi lebih banyak dan memasarkan briket ini untuk menambah penghasilan ibu-ibu PKK Kalimundu," terang Nur. 

Berbagi:

Pos Terbaru :