Genjot Produksi Daging Sapi, Pemkab Bantul Launching Program SIKOMANDAN

Guna meningkatkan populasi sapi potong di Indonesia menuju swasembada daging di tahun 2026, Pemkab Bantul melalui Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) pagi ini di Kelompok Ternak Sido Dadi Krajan Poncosari Srandakan Bantul digelar Launching Program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Nasional (SIKOMANDAN). Senin (5/4/2021).

Launching SIKOMANDAN dihadiri Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih, Komisi B DPRD Kabupaten Bantul, Kepala Dinas Peternakan DIY, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Forum Komunikasi Kapanewon Srandakan, Lurah Desa Poncosari, Petugas Inseminasi Buatan, Kelompok Ternak Sidodadi Krajan Poncosari Srandakan dan sejumlah awak media.

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul Yus Warseno dalam sambutan selamat datangnya mengatakan, sektor peternakan adalah garda terdepan untuk mencukupi kebutuhan pangan asal ternak yang asuh dan berkualitas tinggi.

“ Kabupaten Bantul salah satu kabupaten di DIY yang mampu menyediakan daging kurang lebih 70% untuk kebutuhan di DIY dan sekitarnya dari Program SIKOMANDAN ini, “ terang Yus Warseno.

Selanjutnya, menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DPPKP Bantul Joko Waluyo, sebetulnya Program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Nasional yang telah dimulai sejak tahun 2017 dengan program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UpKhus SIWAB) yang telah dicanangkan pemerintah tahun 2017 sampai 2019, sedang tahun 2020 berubah nama menjadi SIKOMANDAN sampai dengan tahun 2021, program ini bertujuan untuk meningkatkan populasi potong di Indonesia untuk menuju swasembada daging tahun 2026 insya allah bisa terwujud.

“ Kami laporkan , bahwa jumlah petugas Inseminasi Buatan (IB) di Kabupaten Bantul sebanyak 32 orang yang bekerja tidak mengenal waktu 24 jam untuk memberikan pelayanan IB, untuk tahun 2020 telah dilaksanakan penyuntikan semen beku ke sapi kurang lebih 47.000 jadi sekitar 46.947 ekor, kita menghasilkan pedet (anak sapi) sekitar 30.000, “ terang Joko Waluyo.

Walaupun populasi pedet sapi di Kabupaten Bantul hanya 67 ribu lebih, mengapa kok sapi bisa menaik 30.000 kelahiran, karena petani di Bantul itu polanya hanya memelihara (ingu) Pedet sampai 6 bulan. Jadi Pedet lahir umur 4-6 bulan dijual, padahal di Bantul itu salah satu penyuplai daging di DIY.

“ Karena kita mempunyai jagal sapi sebanyak 34 orang yang tiap malam menyembelih (motong) sapi dari luar Bantul karena sesuai dengan UU No 41 Tahun 2014 ada pelarangan pemotongan sapi betina produktiv, sedang dari 67.000 populasi yang ada itu 90% sapi betina produktiv. Kehebatan Kabupaten Bantul adalah sebagai penyuplai kebutuhan daging tidak hanya sapi tetapi daging-daging yang lain,” imbuhnya.

Joko Waluyo mengharapkan daerah Jalur-jalan Lingkar Selatan (JJLS) sepanjang di 3 Kapanewon yakni Srandakan, Sanden dan Kretek di masa mendatang menjadi sentra sapi potong, karena lahan pasir tanpa pupuk kandang tidak bisa untuk menanam hortikultura maupun tanaman pertanian, otomatis akan menambah produksi hortikultura maupun tanam-tanaman sayuran untuk Kabupaten Bantul sekaligus menghijaukan lingkungan di JJLS.

Selain Program SIKOMANDAN yang dibiayai , untuk memenuhi kebutuhan Kambing di tahun 2009 ada Program Inkado (Inseminasi Kambing Domba) yang dibiayai oleh APBD II, jumlah populasi kambing di bantul sebanyak 150.000 ekor dengan pelaku usaha di sector kambing mencapai 171 pedagang sate yang ini menjadi masalah kita.

Joko Waluyo mengharapkan peran investor nantinya untuk mencukupi satu hari 100 ekor domba kita  memutuhkan dana sebesar 12 milyar rupiah, jadi mungkin kalo ada investestor nantinya akan dibangun pola kemitraan seperti ayam potong. Untuk mencukupi kita perlu dana 100 milyar rupiah untuk pengadaan domba dan sebagainya. Karena kita juga didukung Lahan HNP sekitar 1500 hektare di sekitar Sungai Progo (Wedi Kengser), dan sepanjang Wilayah Kretek.

Sementara itu, Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih dalam sambutan arahannya, memberikan apresiasi sekaligus berharap Program SIKOMANDAN ini dapat mendongkrak produktivitas peternakan di Kabupaten Bantul bisa terus kita tingkatkan, munuju Indonesia swasembada daging pada tahun 2026.

“ Sektor pertanian di Kabupaten Bantul ini merupakan salahsatu penyumbang Product Domestic Regional Brutto (PDRB) yang terbesar disamping industri dan pariwisata, dimana sector pertanian ini dihuni oleh mayoritas penduduk Bantul. Berbagai macam inovasi dan pengembangan di sector pertanian ini mesti kita lakukan demi mayoritas rakyat, rakyat Bantul yang menghuni di sector pertanian ini haruslah menjadi prioritas sasaran pembangunan kita, baik pada tanaman pangan, hortikulura, petrenakan, perikanan dan kelauatan, “ kata Bupati Bantul.

Kita memiliki potensi yang cukup besar baik dari sisi hulu maupun sisi hilirnya, di sisi hilir kita mempunyai 171 bakul sate kambing, di sisi hulu kita punya banyak sekali pemotongan-pemotongan hewan, sehingga Bantul ini menjadi salah satu pusat ternak di DIY.

“ Saya apresiasi dan terima kasih kepada inseminator yang tiada kenal lelah, terus berjuang untuk meningkatkan produktivitas dan kelahiran sapi khususnya di Kabupaten Bantul ini, “ tuturnya.

Ada tiga sektor unggulan kabupaten Bantul yaitu Pertanian, Industri dan Pariwisata, sinergitas ketiga unggulan tersebut sangat penting, di mana pada saat ini telah banyak industry bidang pengolahan makanan termasuk pengolahan daging seperti frozen food yang mungkin akan terus berkembang di Kabupaten Bantul.  “ Sehingga suplai atau ketersediaan daging kita ini nanti bisa diserap sektor industri di bidang makanan, sehingga peternakan dan industri bisa saling mendukung, “ tukasnya.

Berbagi:

Pos Terbaru :