Hj. Murtini Penyandang Tuna Netra, Punya Semangat Baja

Seorang Dosen UNRI (Universitas Negeri Riau) DR. Hj. Murtini, SH.MM. dengan keterbatasan penglihatan melalukan perjalan keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dengan biaya sendiri menyusuri dari pulau ke pulau, dari propinsi ke propinsi dan dari kabuipaten ke kabupaten untuk mengenal lebih dekat karakter masyarakat tiap daerah di Indonesia dan untuk memecahkan rekor MURI dengan biaya sendiri.

Di Bagian Humas Kab. Bantul Yogyakarta diterima Ka.Subbag Pemberitaan Drs. Bambang Santoso, Hj Murtini yang beralamat di jln. PHD Rt 21 Rw 02 Nomor 15 A Perumahan Hankam Koplek Perumahan TNI Jakarta Timur tersebut bercerita bahwa perjalanan dimulai bulan September 2007 dari Sabang dan bulan September 2011 dia berharap bisa bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan bekal sendiri dan bantuan dari Kampus, Gubernur terkumpul Rp. 100 Juta. Sampai tiba di Bantul, Kamis (12/5) sudah 788 Kota/Kabupaten yang dilalui. Tujuan utamanya untuk memberi gambaran kepada dinas instansi di seluruh Indonesia bahwa tidak semua penyandang cacat yang ke kantor minta sumbangan, buktinya dia tidak pernah meminta bantuan di tiap kota yang dilaluinya.

Pada kesempatan tersebut Hj Murtini juga bercerita tentang perjalanan hidupnya sampai dia mengalami kebutaan. Dia mengaku putri pertama Suparjo Rustam, mantan Mendagri di era Presiden Suharto. Sekolah SD sampai SMA ia selesaikan di Propinsi Jambi. Lalu melanjutkan pendidikan sarjana mudanya di IKIP Bandung pada tahun 1977 dan menyelesaikan S1-nya di IKIP Bandung tahun 1979. S2 ia jalani di Universitas Andalas tahun 1987 dan S3-nya di selesaikan di Negeri Belanda tahun 1997.

Pada tahun 2004 sehabis mengikuti seminar di puncak Bogor kendaraan yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dari 12 penumpang 10 diantaranya meninggal dunia dan dua orang mengalami cacat seumur hidup. Selama pengobatan sudah dilakukan 7 kali operasi kepala di RS Elisabet Singapura.

Dari perkawinannya dengan Letjend TNI Hadi Dedi Aprianto, lahir lima anak yang sebagian besar sudah bekerja dan ada yang masih kuliah diantaranya TNI AD di Riau, Perwira Polisi, TNI AL, Camat Cengkareng dan yang ragil masih kuliah Kedokteran di UI. Disamping kelima anaknya juga mengangkat anat perempuan yang kini masih duduk di SMP.

Pesannya kepada penyandang cacat, berusahalah mandiri jangan selalu menggantungkan diri pada orang lain. Gunakan kemampuan yang ada semaksimal mungkin untuk menatap masa depan, niscaya hidup akan lebih bermakna dan bahagia. (mwd)

Berbagi:

Pos Terbaru :