Halal Bil Halal Menjadi Media Penguat Persaudaraan

Halal Bil Halal Menjadi Media Penguat Persaudaraan

Halal Bil Halal yang sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu menjadi media penguat persaudaraan antar saudara sedarah, saudar jauh, teman kerja, teman sejawat, teman sekomunitas maupun antar warga msyarakat. Lewat media halal bil halal diantara anggota keluarga, saudara, teman dan warga jika terjadi kesalahan dari perkataan, sikap yang tersembunyi maupun yang terang terangan, pada saat saling memaafkan akan menjadi lebih terbuka dan saling mengiklaskan.

Hal tersebut disampaikan ustadz Bardan Usman M. Pd. I. dari Yogyakarta saat menyampaikan tausiyah pada acara Pengajian Rutin Selasa Kliwon Bagi Pejabat dan Karyawan Pemda, TNI, POLRI, BUMD dan BUMD se Kabupaten Bantul di masjid Agung Manunggal Bantul, Selasa (4/7).

Halal Bil Halal sebetulnya bukan budaya Islam. Dalam Islam jika seseorang berbuat salah kepada yang lain seketika itu pula diharuskan minta maaf, agar tidak terjadi kebencian atau perselisian diantara anak Adam. "Namun, walaupun bukan budaya Islam, halal bil halal yang menjadi bagian budaya bangsa adalah sangat baik untuk dilestarikan," terangnya.

Dengan adanya budaya halal bil halal, tambah ustadz Usman, diantara warga yang berbeda agama, strata maupun suku bersama merayakan dengan saling berkunjung untuk saling peduli dan merekatkan persaudaraan. Bahkan hal ini menjadi bagian dari rasa persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.

Dalam tausiyahnya ustadz Usman juga mencontohkan kebaikan yang dikiaskan dari seekor lebah. Menurutnya lebah salah satu binatang yang mempunyai kepekaan sosial yang tinggi. Saat mencari makan, lebah akan memilih makanan yang baik-baik yaitu menghisap madu pada bunga-bunga yang ada, itupun tidak dihabiskan agar lebah yang lain bisa menghisap madu pula. Ketika lebah mendapat makanan berupa madu tidak dimakan sendiri, namun akan dibagikan kepada anak-anaknya maupun dengan lebah komunitasnya.

Maka jika kita mencari makan seperti lebah yaitu kita makan dari makanan yang baik-baik, dengan cara yang baik pula, maka kita bisa mempunyai kepekaan sosial yang tinggi serta akan melahirkan kearifan lokal yang baik yang bisa menjaga keseimbangan kehidupn manusia dan alam sekitar.

Untadz Usman mencontohkan pula hewan yang bersifat jelek yaitu laba-laba. Laba-laba adalah salah satu binatang lambang kemalasan, dia mencari makan dengan mencelakakan sesama binatang yaitu memasang jaring-jaring untuk menjebak mangsanya. Jika laba-laba kawin, setelah tercapai hasratnya, sang jantan dibunuh.

Ustadz menghimbau agar diantara kita jangan ada sifat seperti laba-laba yang sangat tidak baik. Manusia hidup di dunia adalah diutus Alloh SWT menjadi khalifatullah. Alloh SWT akan menilai siapa yang paling baik amalnya ketika hidup di dunia untuk dibawa menghadap Sang Khalik di hari pengadilan nanti.

Untuk infak pengajian kali ini terkumpul sebesar Rp. 1.806.000,-. Sebelum acara usai panitia melaporkan pula penyaluran infak pengajian Selasa Kliwon dan pengajian selama Ramadhan di Masjid Agung diantaranya terskumpul sebesar Rp. 21.123.000,-. Infak tersebut sudah disalurkan kepada yatim piatu dan kaum dhuafa pada tanggal 23 Juni 2017 di Mushola Pemda Bantul sebesar Rp. 20.000.000,-, dan masih sisa sebesar Rp. 1.123.000,-. (Sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :