Diskominfo - Stunting bukanlah merupakan isu kesehatan baru, bahkan sesungguhnya telah menjadi perhatian dunia global terlebih bagi Indonesia karena pengaruhnya terhadap kecerdasan kognitif anak. Beragam upaya telah dilakukan untuk menekan angka stunting di Indonesia, salah satunya melalui kampanye nasional penurunan pravalensi stunting.
Kampanye yang tengah dijalankan oleh Pemerintah Indonesia tentunya perlu mendapat dukungan dari berbagai lini. Peningkatan kesadaran akan ancaman stunting dan kemauan untuk mengubah perilaku masyarakat dalam penerapan hidup bersih dan sehat adalah salah satu kunci keberhasilan kampanye nasional.
Selaku koordinator kampanye nasional penurunan prevalensi stunting, Kementrian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyelenggarakan Forum Sosialisasi GenBest ( Generasi Bersih dan Sehat) Dalam Rangka Penurunan Prevalensi Stunting di Tembi Rumah Budaya, Kabupaten Bantul Kamis (4/7). GenBest merupakan inisiasi Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pada forum ini diikuti oleh perwakilan karang taruna, remaja lokasi husus dan akademisi.
Kabupaten Bantul merupakan satu dari 60 kabupaten/kota prioritas stunting. Sosialisasi Genbest di Kabupaten Bantul melibatkan remaja putra dan ibu muda dari sepuluh lokasi khusus (lokus) dan prioritas, antara lain: Patalan, Canden, Terong, Argodadi, Triharjo, Triwidadi, Jatimulyo, Timbulharjo, Sendangsari dan Trimulyo.
"Peran aktif keluarga dan komunitas untuk mengubah perilaku dan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat di lingkungannya menjadi kunci utama pencegahan stunting. Untuk itu, Kominfo terus berkomitmen bahwa penyediaan informasi terkait isu stunting ini haruslah mudah diakses dan dipahami masyarakat. Salah satunya melalui forum GenBest ini," kata Marroli J Indarto dalam Forum Sosialisasi GenBest.
Tidak hanya melalui Forum Sosialisasi GenBest, tambahnya, informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, dapat diakses melalui situs genbest.id dan media sosial@genbestid serta @infokompmk. Aplikasi androit 'Anak Sehat' juga bisa diunduh dan digunakan oleh masyarakat sebagai alat pantau digital pada tunbuh kembang anak.
Pemerintah Joko Widodo-Yusuf Kalla bekerja keras menurunkan tingkat prevalensi stunting, dari 37,2% ( Riskedas 2013) menjadi 30,8% ( Riskedas 2018 ). Ini merupakan bukti bahwa pemerintah serius tangani stunting. Meski turun signifikan, angka tersebut masih tinggi, karena tiga dari sepuluh balita di Indonesia masih mengalami stunting. Namun, pemerintah optimis angkanya semakin turun, karena ragam kebijakan dan intervensi penanggulangan stunting.
Secara definisi, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak janin hingga anak usia 24 bulan. Pemerintah melakukan intervensi dalam dua skema. Pertama, intervensi spesifik atau gizi dengan memberikan makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak, suplemen gizi, pemberian tablet tambah darah, serta konsultasi. Kedua, intervensi sensitif atau non gizi seperti penyediaan sanitasi dan air yang bersih, lumbung pangan, alokasi dana desa, edukasi dan sosialisasi.
"Pemeritah sangat serius untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting melalui program kerja di berbagai aspek yaitu kesehatan maupun non kesehatan. Anggaran yang dialokasikan juga besar untuk menanggulangi isu ini. Namun, beragam program tidak akan optimal dan berdampak, apabila tidak disertai pola pikir sehat. Untuk itu, masyarakat harus turut serta berkontribusi dengan mengubah perilaku," jelas Marroli.
Marroli menambahkan, forum ini juga diselenggarakan sebagai upaya pencegahan munculnya SDM yang tidak kompeten ketika menghadapi bonus demografi tahun 2030. Tahun itu, diperkirakan 68 persen penyangga ekonomi Indonesia adalah usia produktif yang lahir saat ini. Pemerintah juga tidak ingin SDM ini mundur sebelum pertandingan global karena kalah kompetensi akibat stunting.
Impres No 9 Th 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, mengamanatkan Kominfo untuk mengkoordinasikan isu sektor menjadi narasi tunggal untuk disampaikan ke masyarakat. Kementrian Kominfo berharap isu stusnting dapat menjadi isu yang dikerjakan bersama. Masyarakat juga diharapkan dapat melakukan 3P (Peduli, Pahami dan Partisipasi) untuk membantu pengurangan stunting. Peduli berarti masyarakat peduli dengan sekitar, amati kondisi balita di keluarga atau di lingkungannya. Pahami, yaitu mencari informasi sebanyak mungkin tentang stunting. Partisipasi yaitu berperan aktif dalam memberikan informasi yang benar pada keluarga dan masyarakat.
Sementara narasumber dari DPC Persatuan Ahli Gizi (Persagi Bantul) Fatmah, S.ST mengatakan bahwa diperlukannya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Selain faktor kesehatan, ternyata faktor pembangunan diluar sektor kesehatan adalah paling penting. Faktor tersebut antara lain dengan mengetahui pola asuh terhadap anak, pola makan, dan air bersih. Dia menjelaskan bahwa saat Ibu hamil mengharuskan untuk makan-makanan yang bergizi, memantau kehamilan dan saat bayi lahir diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan serta imunisasi pada anak dan pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan.
Hal itu diamini pula oleh narasumber kedua Tunik Wusri dari Dinas Sosial Bantul memaparkan bahwa stunting berkaitan dengan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). Sering saya temui anak balita terlantar. Jika mereka terlantar, bagaimana nasib gizi mereka, " katanya.
(Siti Zum)