Guna melestarikan dolanan tradisional dan menggugah kembali permainan tradisional, Pemkab Bantul bersama Museum History of Java (HOJ) menggelar festival dakon atau Congklak di HOJ Jalan Parangtritis Sewon. Sabtu pagi (16/11).
Festival Dakon melibatkan 2.200 peserta, baik kelompok anak, umum, dan keluarga. Pelaksanaan festival sendiri terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama digelar 16-17 November dan Tahap kedua dilaksanakan 23-24 November 2019.
Menurut laporan penyelenggara Ki Bambang Widodo, Lomba Dakon digelar bukan sekedar untuk memecahkan rekor, namun untuk melestarikan permainan tradisional yang kini sudah mulai dilupakan. Padahal menurutnya, dakon atau congklak ini memiliki nilai filosofi yang baik dan luhur.
“Dakon mengajarkan untuk jujur, sportif, dan ahli strategi. Juga, masa sekarangkan anak-anak lebih banyak main hp, ini individualis sekali. Berbeda dengan dakon, harus bersama-sama, mengajarkan kerukunan, dan mempererat persaudaraan,” terangnya.
Sementara dalam sambutannya Bupati Bantul yang diwakili Asisten Pemerintahan Setda Kab. Bantul. Dra Sri Ediastuti, M.Sc menyampaikan, atas nama pemerintah Kabupaten Bantul menyambut baik dan bersyukur serta memberi apresiasi kepada seluruh panitia atas gagasan dan prakarsanya dalam menyelenggarakan Lomba Dakon Bupati Bantup Cup.
Bupati Bantul berharap, kedepan lomba dakon Bupati cup akan dapat lebih ditingkatkan lagi penyelenggaraannya dan kemeriahannya termasuk promosinya di media sosial. Dengan demikian kegiatan ini akan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar daerah untuk berkunjung di Kabupaten Bantul.
"Permainan Dakon merupakan media positif untuk membangun interaksi sosial yang menyenangkan, juga sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya," jelasnya.
Lebih lanjut Bupati mengharapkan, lomba dakon ini sebagai wahana untuk menguatkan simpul-simpul kebersamaan diantara kita serta menebarkan virus-virus positif agar kita mempunyai rasa persatuan dan kesatuan sebagai modal untuk membangun Kabupaten Bantul.