Suparno, Pelukis Kaligrafi Dengan Bakat Otodidak

Di Bantul terdapat banyak pelukis, dari yang baru maupun sudah yang sudah terkenal hasil karyanya. Namun pelukis satu ini beda hasil karyany alukisnya. Yaitu Suparno (40) yang bermukin di Kampung Karangmojo Desa Trirenggo Bantul yang sudah hobi menggambar sejak duduk di bangku SD.

Saat di wawancarai awak media saat acara ‘Dinamika Pembangunan’, salah satu acara yang dikomandoi Dinas Kominfo Bantul bekerja sama dengan awak media untuk mengangkat potensi daerah seperti perajin lukisan klasik seperti Suparno ini.

Bapak dari satu anak tersebut ketika menyampaikan kisahnya, selepas lulus SMP berkeinginan melanjutkan ke SMSR Jogjakarta, saat ini SMK I Kasaihan. Namun saat itu orang tuanya menginginkan dia masuk SMK yang dulu namanya STM, agar nantinya jadi orang yang mumpuni, namun karena bakatnya menggambar dan melukis, maka saat melanjutkan di SMK Jetis Bantul dia sering bolos, hanya masuk ketika ada pelajaran menggambar. Ahirnya di sekolah tersebut hanya bertahan setahun saja, terus keluar dan merantau ke Jakarta untuk bekerja agar cepat dapat uang.

 

Di Jakarta Sunarto bertahan satu tahun saja, kemudian pulang meneruskan hobinya corat coret diatas kertas maupun kain untuk bisa mengekspresikan imajinasinya. Dari hobinya tersebut mulai tahun 2014 hasil karya lukisnya sudah layak juak, siantaranya lukisan daalam bentuk kaligrafi, tokoh-tokoh nasional dan tokoh pewayangan. Lukisan Suparno berbahan dasar lem tembak yang ditorehkan diatas kain bludru atau finil yang telah direkatkan pada selembar triplek. Setelah lem kering sekitar 10 menitan, torehan lem tadi baru ditempeli kertasa prodo warna kuning atau silver, sehingga kelihatan berkilau dan berkesan eksklusif.

            Suparno melukis kaligrafi seperti ayat-ayat dalam Al Qur’an seperti surat Al Fatihah, ayat Kursi dan lainnya dalam bermacam ukuran, ukuran 40 cm x 40 cm dipatok  harga Rp 40 ribu, ukuran 50 x 40cm dipatok harga Rp 300 ribu hingga Rp. 400 ribu, sedangkan yang ukuran besar 120 x 70 cm dipatok harga sekitar Rp 1,3 juta.

            Pemasaran hasil karyanya, dilakukan secara online lewat IG, WA dan Facebook, sedangkan secara offline, Suparno menitipkan ke toko-toko di seputar Kota Jogja serta ada  konsumen yang datang ke rumahnya. “Saya masih terkendala pemasaran yang belum bisa memenuhi target. Terkait hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” ungkap Suparno.(Sit).

Berbagi:

Pos Terbaru :