Persoalan sampah adalah masalah menahun yang apabila tidak segera diuraikan, maka hanya akan mewariskan bencana kepada anak cucu kelak. Sebab persoalan sampah berdampak pada kualitas udara, kualitas air, hingga dapat menimbulkan bencana sosial.
Sinyal awal bencana itu bahkan sudah terlihat dari kondisi TPA Piyungan yang kritis. Setelah 26 tahun beroperasi, pada akhirnya tempat pembuangan sampah terbesar di DIY itu pun tumbang. TPA Piyungan tak lagi dapat menampung sampah yang setiap hari dihujani 743 ton sampah dari dua kabupaten dan satu kota.
Urgensi masalah sampah inilah yang diangkat oleh Kalurahan Panggungharjo pada peringatan Hari Sampah Nasional di Balai Budaya Kawasan Karangkitri pada Senin (27/2/2023). Mengusung jargon Segoro Lampah yang bermakna Semangat Gotong Royong Pilah Sampah dari Rumah, Kalurahan Panggungharjo menekankan bahwa masalah sampah hanya bisa diselesaikan apabila terbentuk kolaborasi apik dari banyak pihak.
“Segoro Lampah merupakan semangat serta kepedulian persoalan sampah yang harus kita hadapi bersama-sama. Apalagi, pada awal tahun ini, Kalurahan Panggungharjo sudah ditetapkan sebagai percontohan pengelolaan sampah berbasis kawasan di Kabupaten Bantul. Hal ini tentu membutuhkan kolaborasi dan sinergi dari banyak pihak. Permasalahan sampah tak bisa dikerjakan dan diselesaikan sendirian,” ujar Lurah Panggungharjo, Wahyu Anggoro Hadi saat mengawali sarasehan Segoro Lampah.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Ari Budi Nugroho, S.T., M.Sc., sampah akan terus ada. Maka menurut Ari, pola pendekatan ekonomi linier kini sudah tak relevan jika dipakai untuk menyelesaikan masalah sampah. Pola pendekatan yang kini sedang berusaha dibangun Pemerintah Kabupaten Bantul adalah ekonomi sirkuler.
“Bantul memiliki cita-cita Bantul Bersama, Bantul Bersih Sampah 2025. Maka sekarang yang dipakai adalah pola pendekatan ekonomi sirkuler. Konsepnya adalah konsep kolaborasi, membangun sinergi, berbagi peran. Kalau hanya dipasrahkan pada satu pihak, tentu tidak bisa,” jelas Ari.
Oleh sebab itu, mengubah budaya agar masyarakat mau memilah sampah sejak dari rumah terus menerus digencarkan. Jika dahulu sampah hanya sekadar dipasrahkan untuk dijemput petugas dan dilempar ke tempat pembuangan, kini semua pihak harus mulai membiasakan diri memilah sampah secara sadar dan bijak. Baik dari skala rumah, institusi, hingga industri.
Sementara itu, selain mengadakan sarasehan Segoro Lampah sebagai peringatan Hari Sampah Nasional, Kalurahan Panggungharjo juga menggelar pameran hasil daur ulang sampah dan workshop pengelolaan kertas bekas. (Els)