Pandemi covid-19 memaksa semua orang untuk hidup dengan tatanan baru demi kesehatan dan keselamatan. Budaya masyarakat Bantul untuk berkumpul dan bersosialisasi terpaksa vakum sejenak selama pandemi. Tahun ini, setelah Presiden Jokowi resmi mengumumkan bebas masker di luar ruangan, kegiatan dan tatanan kehidupan masyarakat bertahap kembali seperti semula. Salah satunya tradisi Nyadran Makam Sewu yang digelar setiap bulan ruwah/ sya'ban menjelang ramadan tiba. Semarak kemeriahan Nyadran Makam Sewu kembali di tahun 2023 ini.
Puncak acara Nyadran Makam Sewu dilaksanakan pada Senin siang (13/3/2023) dengan rangkaian, pawai budaya dan ngarak jodhang yang dibawa oleh 9 bregada padukuhan. Acara dilanjutkan dengan kenduri. Setelah prosesi doa, sebuah gunungan kemudian diperebutkan oleh warga masyarakat yang hadir. Adapun 9 padukuhan yang berpartisipasi dalam acara ini masing-masing dari kalurahan Wijirejo dan Sendangsari.
Menilik sejarah acara besar ini, Nyadran Makam Sewu adalah bentuk penghormatan bagi leluhur utamanya adalah Kanjeng Panembahan Bodho atau Raden Trenggana yang menjadi utusan untuk menyiarkan islam di sekitar (saat ini) kawasan DIY dan Jawa Tengah. Salah satunya di wilayah Kabupaten Bantul. Panembahan Bodho dimakamkan di Kompleks Makam Sewu, Wijirejo, Pandak.
Oleh karena itu, tak heran jika Makam Sewu menjadi tujuan ziarah masyarakat dari berbagai daerah, khususnya wilayah DIY dan Jawa Tengah. Lurah Wijirejo,Wisnu, menerangkan bahwa tradisi Nyadran Makam Sewu, sepenuhnya didanai oleh Dana Keistimewaan, meskipun Wijirejo sampai saat ini belum masuk kategori Kalurahan Rintisan Budaya, namun khusus upacara ini sudah tercatat sebagai warisan budaya tak benda. (Am)