Gubernur DIY Beri Arahan Terkait Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta

Menindaklanjuti keputusan UNESCO yang menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberi arahan langsung kepada Bupati, Wakil Bupati, dan seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Bantul. Kegiatan yang dilaksanakan di Grand Rohan pada Kamis (2/11/2023) ini bertujuan untuk mengawal dan menguatkan kolaborasi agar penataan kawasan Sumbu Filosofi bisa berjalan sesuai tujuh rekomendasi yang diberikan UNESCO.

“Kawasan-kawasan yang ada di Sumbu Filosofi, bisakah Panggung Krapyak ditata ulang dan menambah nilai kawasan tersebut? Itu salah satu contohnya. Begitu pula dengan kawasan lainnya,” jelas Gubernur.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengungkapkan penataan kawasan sumbu filosofi tidak hanya soal kuantitas saja. Terlebih, Kabupaten Bantul memiliki paradigma untuk membangun kegiatan kepariwisataan berdasarkan quality tourism.

“Untuk Panggung Krapyak yang berada di wilayah Kabupaten Bantul, kami berencana untuk menata kembali berdasar quality tourism, pariwisata yang berkualitas. Kami ingin kawasan tersebut berwibawa dan berdampak pada nilai sejarah, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat sekitar,” tutut Bupati.

Sepakat dengan pernyataan Bupati, Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo, menambahkan nilai-nilai yang ditambahkan pada kawasan Sumbu Filosofi akan diperhatikan dengan baik. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bantul akan pelajari betul seperti apa tujuh rekomendasi UNESCO sebelum melakukan aksi.

“Kami juga akan cermati rekomendasi yang diberikan UNESCO. Sehingga nanti eksekusinya jelas dan tidak ngawur. Dan untuk pembentukan tim yang mengawal sumbu filosofi, kami harapkan betul agar seluruh tim yang terlibat benar-benar bersedia mengemban tugas dengan tanggung jawab,” imbuh Joko.

Sebagai penekanan, penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia bukan seremonial belaka. Predikat ini untuk menunjukkan bagaimana kesaksian luar biasa untuk peradaban dan budaya Jawa sekaligus mewujudkan pemikiran filosofis Jawa tentang kehidupan manusia dalam bentuk fisik, terutama soal siklus kehidupan (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis yang ideal (Hamemayu Hayuning Bawana), dan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta (Manunggaling Kawula Gusti). (Els)

 

 

 

Berbagi:

Pos Terbaru :