Kabupaten Bantul merupakan daerah dengan potensi kerajinan kriya yang terbilang tinggi. Hal tersebut didukung dengan ditetapkannya Bantul sebagai Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia pada sektor Kriya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI pada tahun 2023 lalu. Sehingga, terdapat berbagai pameran kriya yang sering dilaksanakan di Bantul dengan skala lokal hingga internasional.
ASKRINA (Asosiasi Kriyawan Republik Indonesia) sebagai wadah seniman kriya di Indonesia juga turut serta menggelar Pameran Besar Seni Kriya UNDAGI ke-3 di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Sabtu, (18/1/2025). Dengan mengusung tema Cakra Manggilingan, sebuah filosofi jawa tentang siklus kehidupan yang terus berputar seiring berjalannya waktu. Filosofi ini mengajarkan manusia untuk bijaksana dalam membaca tanda-tanda zaman, memahami perubahan, dan meningkatkan kualitas hidup.
Ketua Penyelenggara Pameran ini, Nurohman, mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mempersiapkan pameran ini dengan penuh dedikasi. Selain itu, ia menjelaskan bahwa dalam pameran ini terdapat dua kategori yang dihimpun dari berbagai kota di Indonesia.
“Pameran ini ada dua kategori open call dan undangan. Kemudian ada diberbagai kota. Tentunya Yogyakarta, serta sentra-sentra kriya ada Jepara, Pekalongan, Solo, kemudian tempat-tempat lain,” terang Nurohman
Dalam rangkaian, acara ini tak hanya menampilkan pameran kriya namun juga terdapat Music Performance, Fashion Show, Talkshow, Artist Talk, Workshop, serta Kenduri ASKRINA. Pameran ini dilaksanakan dari tanggal 18 Januari 2025 hingga 28 Januari 2025, mulai pukul 10.00-19.00 WIB setiap harinya yang dapat dikunjungi masyarakat secara gratis.
Ditemui secara terpisah, Arif Suharson, sebagai salah satu kurator dalam pameran ini mengungkapkan, UNDAGI merupakan representasi seni kriya milik seluruh masyarakat Indonesia yang nantinya akan diselenggarakan secara rutin setiap dua tahun sekali. Lebih lanjut, ia berharap penyelenggaraan pameran ini dapat menjawab tantangan zaman.
“Kita ingin menampilkan karya kriya yang luar biasa, yang bisa dipertanggung jawabkan secara konsep dengan tema laku dan sampai hari ini kriya sebagai riset. Sehingga karya kriya tidak hanya menghadirkan karya saja, tapi juga menghadirkan proses perjalanan kesenimanan dan juga ilmiah dalam arti keilmuan sehingga kriya akan mampu menjawab tantangan zaman,” ungkap Arif.
Pameran ini menampilkan 133 karya seni kriya yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia. Selain kota-kota berbasis sentra kerajinan tersebut, pameran ini juga melibatkan beberapa instansi perguruan negeri. Diantaranya ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, ISBI Bandung, UNESA, serta ISI Padang Panjang. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong regenerasi seniman di bidang industri kriya. (Sur)