Panen Raya Padi Serentak, Bantul Kejar Produktivitas Meski Digempur Alih Fungsi Lahan

Petani adalah produsen pangan. Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa pangan, runtuh pula penyangga peradaban. Maka tak heran apabila Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyebut petani adalah patriot bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkali-kali dilontarkan Presiden saat acara panen raya padi serentak pada Senin (7/4/2025).

“Petani adalah produsen pangan. Tanpa pangan, tidak ada negara. Kalau tidak ada pangan, tidak akan berdiri Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Presiden. 

Panen raya padi serentak merupakan kegiatan yang dikomando oleh Kementerian Pertanian dengan pusat kegiatan di Majalengka, Jawa Barat. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring maupun luring dan diikuti oleh puluhan daerah sentra utama, termasuk Kabupaten Bantul.

Untuk Kabupaten Bantul, panen raya padi serentak dilaksanakan di Padukuhan Sirait, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro. Dengan lahan seluas 50 hektare, produktivitas gabah kering panen (GKP) mencapai 8,05 ton per hektare. Hasil panen ini lantas diserap Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram.

“Hari ini kita berada di bulak Sirait, Bambanglipuro, untuk mengikuti panen raya padi seluas 50 hektare. Produktivitas per hektare itu 8,05 ton dan sudah dibeli Bulog karena Bulog memang berkomitmen untuk menyerap GKP di Kabupaten Bantul,” tutur Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih.

Halim menambahkan, pertanian tetap menjadi sektor prioritas di Kabupaten Bantul sebagai bentuk ketahanan pangan sekaligus motor penggerak roda perekonomian. Kendati banyak tantangan dihadapi di dunia pertanian, Pemerintah Kabupaten Bantul tidak gentar. Salah satunya alih fungsi lahan.

“Memang ada beberapa alih fungsi lahan karena kita berupaya untuk membagi tata ruang secara proporsional. Sektor lain seperti industri dan pendidikan juga butuh lahan. Maka yang kita genjot adalah produktivitas pertanian. Dan itu terbukti. Di Bantul, walau terjadi alih fungsi lahan, produktivitas tetap meningkat,” imbuhnya.

Salah satu kunci mengapa produktivitas pertanian di Bantul mengalami kenaikan adalah pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan teknologi ini dimulai dari pemilihan bibit, pupuk, irigasi, hingga mekanisasi yang cukup efektif menekan biaya produksi.

Soal teknologi di dunia pertanian juga disinggung oleh Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, implementasi teknologi berdampak besar pada sektor pertanian. 

“Tadi saya dengar di Ngawi, Jawa Timur, berhasil mencapai produktivitas tinggi padahal minim pupuk. Kita bisa belajar bagaimana caranya. Ilmunya bisa disebar kepada petani lain,” ucapnya.

Komitmen memanfaatkan teknologi di dunia pertanian juga tidak dianggap sebelah mata di Kabupaten Bantul. Teknologi adalah kunci agar daya hidup dunia pertanian tetap panjang dan bersinar.

“Tahun ini, Pemerintah Kabupaten Bantul menargetkan luasan tanam sebesar 34.546 hektare walaupun lahan yang kami punya hanya sekitar 14.000 hektare. Apakah bisa? Ya, bisa. Kuncinya di teknologi. Bahkan di beberapa lahan, satu tahun itu bisa empat kali panen,” tegas Bupati Bantul. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :