Sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menggelar apel relawan kebencanaan di Lapangan Paseban, Minggu (27/4/2025). Tahun ini, BPBD Kabupaten Bantul mengusung tema Bangun Kesiapsiagaan Sejak Dini karena kesiapsiagaan maupun mitigasi bencana harus dipupuk sedini mungkin.
“Kita ini memang harus membangun kesiapsiagaan sejak dini sehingga kita bisa memahami potensi bencana di wilayah masing-masing. Dengan memahami potensi bencana yang ada, kita jadi lebih siap menghadapi bencana dan proses evakuasi berjalan lebih efektif dan efisien,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta.
Lebih lanjut, Agus Yuli menjelaskan terdapat sejumlah potensi bencana yang ada di Kabupaten Bantul. Mulanya hanya ada sembilan potensi bencana yakni banjir, longsor, abrasi, kekeringan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit, dan gelombang tinggi. Namun, berdasarkan kajian terbaru, ada dua potensi bencana lain yang perlu diwaspadai. Dua bencana tersebut adalah likuifaksi dan kegagalan teknologi.
“Yang sering terjadi setiap tahun itu banjir, kekeringan, kebakaran. Tapi kalau potensi paling berat ada di gempa bumi dan tsunami,” beber Agus Yuli.
Hingga kini, gempa bumi adalah bencana yang tidak bisa diprediksi. Pergerakannya selalu tercatat, namun kapan terjadinya gempa bumi, belum ada yang tahu secara pasti. Untuk Kabupaten Bantul, potensi gempa bumi berasal dari dua sumber, yaitu sesar opak dan lempeng eurasia.
Sedangkan untuk menghadapi potensi tsunami, Kabupaten Bantul telah mempersiapkan banyak hal. Pertama, membentuk kalurahan siaga tsunami. Berikutnya, Kabupaten Bantul memiliki 29 early warning system (EWS) di sepanjang pesisir pantai.
“Setiap bulan, kami uji coba seluruh EWS yang dimiliki. Kalau ada yang rusak, segera kami perbaiki. Dan sebetulnya berdasarkan kajian, kami masih butuh tambahan EWS lagi,” imbuhnya.
Langkah lain yang dilakukan adalah memberikan edukasi terkait mitigasi tsunami sejak dini. Di beberapa sekolah TK, SD, maupun SMP, terutama sekolah-sekolah di kawasan selatan, mulai diberi edukasi mitigasi bencana tsunami. Hal ini agar menguatkan kesiapsiagaan bencana yang akan terjadi. (Els)