Tahun 1946, adalah tonggak awal meleburnya tiga desa atau kalurahan di bagian selatan Kabupaten Bantul. Tiga desa yang dimaksud adalah Srandakan, Mangiran, dan Puron. Peleburan tiga wilayah ini membentuk kalurahan anyar, Trimurti. Dalam bahasa Sansekerta, Trimurti dapat diartikan sebagai tiga wajah atau tiga bentuk. Hal ini disampaikan Lurah Trimurti, Agus Purwaka, saaat Upacara Hari Jadi ke-79 Kalurahan Trimurti di Lapangan Kedungbule Gerso, Rabu (22/10/2025).
“Trimurti merupakan gabungan dari kalurahan Srandakan, Mangiran, dan Puron. Trimurti artinya tiga wajah, tiga bentuk. Saat ini, Kalurahan Trimurti terbagi menjadi 19 padukuhan. Mayoritas warganya berdagang atau wirausaha,” ujarnya.
Meski mayoritas warga Trimurti banyak berdagang, jajaran pamong Kalurahan Trimurti tetap memberi support di banyak sektor. Sebagaimana yang disampaikan Agus Purwaka, sejatinya Kalurahan Trimurti punya banyak potensi.
“Walau yang berdagang lebih banyak dibanding pertanian, ini tidak menyurutkan kita untuk mendorong pertanian atau pun sektor lain,” imbuh Agus.
Selama 79 tahun berdiri, Agus menyebut ada sejumlah prestasi didulang Kalurahan Trimurti. Tahun 2022, kalurahan ini berhasil menyabet predikat Kalurahan Mandiri Budaya. Pada tahun 2025, salah satu desa wisata di Trimurti masuk nominasi Bantul Innovation Award (BINA) 2025.
Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, yang turut hadir dalam Upacara Hari Jadi Kalurahan Trimurti, mendoakan agar Kalurahan Trimurti semakin berjaya dan sejahtera. Ia juga mengapresiasi kebersamaan seluruh elemen masyarakat Trimurti yang telah berperan aktif dan bergerak bersama membangun Trimurti.
“Selamat Hari Jadi Kalurahan Trimurti. Semoga dengan bertambahnya usia ke-79 ini, Kalurahan Trimurti semakin maju dan sejahtera dengan semangat gotong royong yang telah menjadi budaya bersama,” tutur Aris.
Semangat gotong-royong ini juga sesuai dengan visi misi Kabupaten Bantul yang seluruh muara akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. (Els)