Jiwo Diharjo menjadi empu keris secara turun-temurun sejak Tahun 1952. Dirinya mulai menekuni dunia keris semenjak ayahnya, Sosro Menggolo, yang juga empu keris meninggal dunia. Sosro Menggolo sendiri merupakan keturunan empu keris Sokodirjo dari Majapahit. Alasan dirinya tetap tekun menjadi empu keris adalah karena merasa berkewajiban dalam nguri-uri salah satu budaya adiluhung yang pernah ditekuni oleh ayah dan kakeknya.
Dalam keseharian, Jiwo Diharjo menerima pesanan keris dari berbagai kalangan, mulai dari pecinta keris hingga kalangan pejabat. Pemesan kerisnya dituntut harus sabar, mengingat keris yang baik tidak dapat dihasilkan dalam waktu singkat melainkan butuh ketekunan, ketelitian dan waktu yang lama dalam pembuatan. Sebagai contoh adalah pembuatan keris pusaka yang bisa memakan waktu hingga 3,5 bulan lamanya. Terlebih pembuatan keris yang baik biasanya diawali dengan ritual puasa 'mutih', yakni dengan tidak makan berbagai makanan yang menjadi pantangan selama tujuh hari. (dike)