Kampung Kembang, Dusun Kerten, Desa Imogiri (Imogiri) sejak puluhan tahun silam terkenal sebagai kampung perajin kasur, bantal, guling yang isinya dari kapuk randu. Dengan munculnya kasur berbahan dasar dari pabrik ternyata tidak mambuat surut para perajin. Bahkan jumlahnya kian bertambah, karena peminat kasur berisi kapas randu juga masih banyak.
Salah satu warga yang sampai saat ini masih setia dengan pekerjaan tersebut adalah Ny Mujilah (51). Ditengah terpaan usaha kasur yang berkembang dengan model baru dari pegas, busa, memory foam, busa latex, kasur air dan kasur udara warga sekitar tidak bergeming. Walaupun satu dua juga melayani yang dari busa, kasur kapuk tetap sebagai pekerjaan utamanya.
Menurutnya pekerjaan tersebut telah menjadi gantungan hidup selama bertahun-tahun, walaupu akhir-akhir ini pelanggan semakin berkurang keberadaannya tetap eksis tergantung ketrampilan masing-masing dalam membaca situasi.
Untuk membuat kasur dan pelengkapnya tersebut, Ny Mujilah mempekerjakan 2 penjahit dan 2 pengisi kapuk randu. Total dalam sehari rumah produksinya mampu membuat 2-4 kasur, sedangkan guling bisa ratusan.
Selain menjual produk, Ny Mujilah dan karyawanya juga menerima servis baik kasur ataupun bantal. Biaya servis berkisar Rp 30.00-Rp50.000. Namun harga itu akan bertambah manakala harus mengganti kain kasur ataupun mengisi kapas randu lagi. Untuk kapas dihitung Rp 25.000/kilogram.
Untuk bahan baku kapas tersebut diambil dari pohon randu dari kampung ke kampung. Tidak hanya Bantul namun juga sampai Sleman, Kulonprogo,Gunungkidul, Purworejo bahkan Klaten. Prosesnya randu yang telah matang dibelah, diambil kapasnya dengan cara diinteri agar terpisah dari bijinya (klenteng). Uhtuk klenteng dijual sebagai pakan burung seharga Rp 2.000/kilogram sedangkan kapasnya digunakan untuk membuat bahan baku kasur dan bantal. (mw)