DBD Penyakit Pembunuh Nomor Wahid di Indonesia

Saat ini DBD merupakan penyakit pembunuh nomor wahid di negara kita Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran masyarakat yang amat tinggi untuk mengatasi berkembangan nyamuk Aedes Aigypti sebagai penyebab timbulnya penyakit tersebut. Sementara kesadaran masyarakat kita masih rendah dibidang kesehatan terutama kebersihan lingkungan. Untuk meningkatkan kesadaran tersebut maka diperlukan adanya motor penggerak yang merupakan warga masyarakat sekitar. Maka tepatlah bila Di Kabupaten Bantul ini melibatkan pemuda karang taruna sebagai motor penggeraknya.

Hal diatas disampaikan oleh Wakil Bupati Bantul Drs. Sumarno PRS mewakili Bupati Bantul pada sambutan Pengukuhan Gerakan Pemuda Pemberantas Nyamuk ( GEPYOK) Karang Taruna Kabupaten Bantul, di Pendopo Parasamya, Sabtu (17/5).

Apa yang dilakukan oleh Karang taruna ini merupakan jawaban dari permasalahan rutin yang dihadapi Kabupaten Bantul terutama disaat musim pancaroba tiba. Karena kasus DBD di Bantul tinggi, diantaranya tahun 2007 terdapat lebih dari 500 kasus dan sampai bulan April 2008 sudah ada 44 kasus. “Kami menyampikan apresiasinya dari Bupati Bantul yang tinggi terhadap gebrakan Karang Taruna yang amat positif ini.” ujar Sumarno.

Sementara menurut laporan panitia yang disampaikan oleh wakil ketua Karang Taruna Kab. Bantul Muhammad So’inurodin mengatakan bahwa saat ini dari 17 kecamatan yang terdiri dari 75 desa telah terbentuk kader-kader GEPYOK. “Tujuan dibentuknya GEPYOK ini adalah merupakan partisipasi terhadap progran pemerintah dalam bentuk kepeduliaanya dibidang kesehatan di Kabupaten Bantul.”. terang So’inurodin.

Dikatakan pula bahwa beberapa tahun lalu telah dibentuk kader GEPYOK desa Srimartani Piyungan sebagai pilot projeknya, yang kemudiaan kiikuti pembentukan kader di desa lain se Kab. Bantul yang pada hari ini keberadaannya telah dikukuhkan oleh Wakil Bupati Bantul.

Pada acara yang dihadiri perwakilan dinas instansi terkait dan kader Gepyok Karang Taruna se Kab. Bantul tersebut dr. Bintarto, Mkes dari Dinas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengatakan bahwa pada tahun 2007 dalam jumlah kasus penderita, Bantul menduduki rangking ketiga se DIY, sedangkan jika dilihat dalam jumlah kasus meninggal, Bantul menduduki rangking pertama.

“Kasus DBD merupakan kasus lokal spesifik bukan kasus internasional, sehingga tidak banyak pihak donatur terutama dari luar negeri yang tertarik untuk memberikan bantuan dalam penanggulanganya, padahal di Bantul ini merupakan permasalahan utama yang membutuhkan biaya banyak.” tegas Bintarto. (sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :