55 Penyair Membaca Bantul Antologi Puisi Parangtritis

Satu antologi puisi yang ditulis 55 penyair dan diberi judul "Parangtritis" akan diluncurkan bersama Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati, pada Sabtu 6 September 2014, pkl. 19.00 di Pendapa Parasamya, Pemda Bantul, Yogyakarta. Tema puisi 'Segala segi mengenai Bantul' dan diberi subjudul "55 penyair Membaca Bantul".

Umi Kulsum, selaku ketua penyelenggara menyebutkan, bahwa penyair yang menulis Bantul bukan hanya mereka yang tinggal di Bantul, tetapi penyair yang pernah bersentuhan dengan Bantul, apapun bentuk persentuhan itu, bisa hanya berkunjung sebagai wisatawan, mempunyai aktivitas di Bantul dan lainnya.

"Karena itu dalam buku ini ada penyair yang tinggal di Jakarta, Bekasi, Temanggung, Tulungagung, Purworejo dan kota-kota lain, termasuk penyair yang tinggal di Yogya, Kulonprogo, Sleman, dan Gunung Kidul," kata Umi Kulsum.

Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati mengatakan bahwa catatan dokumentasi tentang Bantul tidak hanya cukup ditampilkan lewat data dan angka-angka statistik, namun bisa diungkapkan lewat baris-baris puisi.

"Banyak hal yang bisa diketahui orang tentang Bantul, baik dari segi sejarah, keindahan alam, pantai, situs-situs peninggalan dan segala pernak-pernik mengenai Bantul berikut dinamika budaya di Bantul dan dituliskan menjadi puisi," ujar Hj Sri Surya Widati.

Sebanyak 55 penyair yang puisinya masuk dalam antologi puisi "Parangtritis" terdiri dari beragam usia, ada penyair yang sejak masa Persada Studi Klub sudah aktif menulis puisi seperti Iman Budhi Santosa, Slamet Riyadi Sabrawi, Sutirman Eka Ardhana, Teguh Ranu Sastro Asmara, Mustowa W Hasyim, Landung Simatupang, Bambang Darto dan penyair generasi sesudahnya seperti Joko Pinurbo, Krishna Miharja, Abdul Wachid, Sri Wintala Achmad dan nama-nama lain.

Nama-nama penyair yang lahir sesudah tahun 1980-an seperti Dimaz Indianto, Matroni Muserang, Latief S Nugroho dan sejumlah penyair muda seangkatan mereka ikut dalam antologi puisi ini.

"Parangtritis" dipilih sebagai judul antologi, karena sebagai ruang publik dikenal luas oleh orang dari bermacam tempat, termasuk turis asing, sehingga dengan judul tersebut Bantul akan mudah dikenali.

Jadi, kalau ada puisi penyair berjudul "Parangtritis", bukan karena judul antologi mengambil salah satu judul puisi yang ada, tapi karena pada TOR yang diberikan kepada penyair yang ikut antologi judul antologi puisi sudah ditentukan sebelumnya.

Dalam launching antologi puisi ini, selain diisi pentas musik dan pembacaan puisi oleh pejabat Bantul dan para penyair, juga ada pidato kebudayaan oleh Idham Samawi.

Judul-judul puisi yang ada di dalam antologi puisi 55 penyair membaca Bantul, diantaranya 'Wonokromo' karya Abdul Wachid Bs, 'Hari Terakhir Mangir Wanabaya' karya Iman Budhi Santosa, 'Imogiri', karya Joko Pinurbo. 'Dari Bantul Ke Indonesia', karya Landung Simatupang, 'Memandang Kali Opak' karya Krishna Miharja, 'Elegi Parangtritis' karya Syam Chandra jelas Ons Untoro dari Rumah Budaya Tembi. (admin/bn)

Berbagi:

Pos Terbaru :