Tiap Desa Harusnya Punya Embung

Untuk mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Bantul pemerintah mendorong setiap desa yang masih kekurangan air untuk pertanian melakukan pembangunan embung dengan memanfaatkan dana desa.

Untuk merealisasikan pembangunan embung tersebut, pemerintah tahun ini menambah anggaran dana desa dari yang sebelumnya Rp. 46,98 triliun menjadi Rp.60 triliun.

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sanjoyo dalam kunjungannya di Balai Desa Panggungharjo Sewon akhir pekan lalu mengatakan saat ini banyak desa yang belum teraliri irigasi sehingga pertanian hanya mengandalkan tadah hujan.

Untuk itu, dengan penambahan dana desa, tahun ini tiap desa diminta membangun embung. “Dengan adanya embung air desa, diharapkan desa-desa yang sebelumnya menanam sekali dalam setahun, kini bisa tiga kali,” katanya.

Penggunaan dana desa di wilayah DIY secara umum pada tahun 2016 untuk membangun enam embung, 475 km jalan desa, 1.739 unit jembatan, 114 unit MCK, 85 unit pengelolaan air bersih, 54 PAUD, 547 saluran drainase, pompa air 48 unit dan irigasi 215 unit.

Eko berpesan, supaya dana desa yang besar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembangunan desa. “Penggunaan dana desa ini harus dilakukan dengan benar mulai dari musdes hingga membentuk APBDesnya,” ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Bantul Ir. Pulung Haryadi, MT secara terpisah menyampaikan, di Kabupaten Bantul daerah yang dinilai masih membutuhkan pembangunan embung terutama daerah pegunungan yang sejauh ini masih mengandalkan air tadah hujan.

Daerah itu meliputi wilayah Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Pajangan dan sebagian Kretek. Untuk mendukung program ketahanan pangan, pihaknya pada tahun 2017 mendongkrak produksi hasil pertanian padi, jagung dan kedelai.

Terlepas dari program kementrian DPPKP, menurut Pulung, pihaknya mengaku telah merencanakan pembangunan embung, sumur dangkal, dan juga DAM Parit.

Sedangkan untuk daerah pertanian yang selama ini dialiri dari sungai, dilakukan perbaikan saluran irigasi. “Untuk daerah bawah karena masih hujan dan banyak air untuk padi, karena masih banyak hujan dan air untuk padi, untuk jagung di daerah marginal seperti pegunungan, “ ungkapnya.

Selain bidang pangan, jelas Pulung, pihaknya juga menggenjot produksi sayuran meliputi tanaman bawang merah, dan cabai baik di lahan sawah maupun pekarangan. Kemudian bidang peternakan, program sapi wajib bunting terus digalakkan, terahir bidang perikanan terkait produksi benih dan budidaya ikan. “Tahun 2016 produksi ikan kami turun karena pengaruh penyebaran penyakit akibat cuaca, tahun ini kami genjot,” terangnya. (Sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :