Dalam tausiyahnya mengambil tema Bantul Toyyibah. Ustadz menyampaikan bahwa ditengah-tengah kita masih banyak yang berbuat tidak sesuai aturan agama atau berdosa, tetapi kita tidak merasa berdosa. Hal ini menyebabkan Alloh SWT murka, terangnya.
Murka Alloh SWT tersebut menyebabkan turunkan azab yang tidak selalu berupa bencana alam seperti gempa, banjir atau yang lain, tetapi bisa berupa ketidak amanan suatu lingkungan, akhlak manusianya yang semakin tidak baik dan bahkan munculnya berbagai penyakit baru yang belum ditemukan obatnya dan lain sebagainya.
Alloh SWT akan mencabut berkah di suatu wilayah jika zakat para muzaki dihutang atau tidak dibayarkan sesuai aturan-Nya. Ustadz juga mengingatkan bahwa Alloh juga murka kepada suatu kaum yang mana para suami takut pada istri dari pada takut kepad-Nya, karena jika suami lebih takut kepada istrinya, maka ia akan selalu memenuhi permintaan istrinya walaupun dengan malakukan suatu tindakan yang melawan hukum Alloh SWT, seperti korupsi, tidak jujur kepada atasan dan sebagainya.
Ustaz Hendry Sutopo menyampaikan pula bahwa kita dilarang untuk menceritakan kejelekan orang yang sudah meninggal, ceritakan yang baik-baik saja. Pengalaman ustadz Hendry Sutopo pada era sebelum tahun 1980-an Pemerintahan Indonesia pada saat itu mengumpulkan para ulama di Kota Surabaya untuk diminta fatwanya terkait dengan masalah kependudukan. Fatwa tersebut terfokus pada keutuhan sebuah keluarga Indonesia yang berahlak mulia sehingga melahirkan generasi bangsa yang beriman dan berkualitas yang diharapkan nantinya bisa membangun Indonesia menjadi adil, makmur, aman, tenteram dan berkarakter unggul dapat memajukan Indonesia sejajar dengan negara-negara besar di dunia.
Ustadz menyampaikan bahwa kalau kita lihat saat ini pola kehidupan masyarakat sudah banyak berubah. Dahulu keutuhan keluarga masih sangat terasa, karena yang bekerja dibebankan kepada kepala keluarga, tetapi saat ini ibupun ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari kebutuhannya semakin bertambah dan semakin bervariasi mengikuti trend yang terjadi.
Hal tersebut berdampak pada pola asuh anak, dimana anak hampir kehilangan figur seorang ibu yang dahulu selalu mendampingi anak baik di luar maupun didalam rumah yang berdampak pada kondisi anak yang selalu merasa aman dan nyaman baik di dalam keluarga maupun diluar lingkungannya.
Ustadz mengajak kita untuk memanusiakan anak kita seperti kita, janganlah orang tua hanya bisa memerintah dan memarahi jika anak melakukan kesalahan. Kita diajak selalu melibatkan anak dalam berbagai hal untuk dimintai pendapatnya, sehingga anak merasa dihargai eksistensinya. Sebagai orang tua diajak sesering mungkin untuk menyentuh anak dengan penuh kasih. Hal itu akan berdampak kepada anak yang akan menaruh hormat kepada orang tua serta akan memperlakukan orang tuanya disaat orang tua sudah tua renta yang sangat membutuhkan sentuhan kasih dari anak-anaknya.
Padaacara pengajian tersebut infak terkumpul sebanyak Rp. 1.775.000,-. (Sit)