Bupati Bantul : Tradisi Wiwitan Upaya Nyata Leluhur Menjaga Keseimbangan Alam

Diskominfo - Masyarakat petani di Kawasan Rintisan Lumbung Mataraman Bulak Ngaran Gilangharjo Pandak kembali menghidupkan tradisi upacara 'wiwitan' menjelang panen padi. Seperti kita saksikan bersama tradisi tersebut kini sudah jarang ditemukan dan hampir punah. Tradisi di kalangan petani ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Tetapi, karena perkembangan zaman, tradisi tersebut semakin ditinggalkan. Minggu (12/8)

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kwintarto Heru Prabowo, S.Sos, upacara Wiwitan adalah upacara yang diselenggarakan untuk mengawali masa panen, tetapi biasanya untuk tanaman yang ditanam dalam jumlah banyak, seperti padi, jagung, tembakau. Tujuan diadakannya Upacara Wiwit sebagai wujud syukur masyarakat petani kepada Tuhan Yang Maha Pemurah atas rezeki yang telah dilimpahkanNya, katanya.

Dulu ketika saya masih kecil, sering menjumpai iring-iringan warga petani dengan membawa gunungan berisi padi kering dan gunungan buah-buahan, sayur, serta ingkung ayam dan sego gurih berangkat menuju sawah untuk menggelar upacara wiwitan. Beberapa warga menggunakan ani-ani atau alat seperti pisau kecil untuk memotong padi dengan hati-hati, kenangnya.

Sementara itu Bupati Bantul Drs. H. Suharsono yang hadir didampingi Muspika Kecamatan Pandak ,ikut mengikuti prosesi doa yang dipimpin pak kaum dusun (ustadz) setempat di area persawahan, warga menggelar doa mengucap rasa syukur atas panenan padi kali ini. Seusai berdoa, Bupati bersama warga makan nasi gurih yang dibagikan. Kesan mendalam dirasakan orang nomor satu di Kabupaten Bantul itu, upacara Wiwitan yang dirasakan telah musnah karena tidak ada yang merawat atau nguri-uri, berkat segala daya dan upaya masyarakat Gilangharjo Pandak kegiatan warisan nenek moyang yang penuh dengan filosofi kearifan lokal tersebut dapat kita saksikan bersama.

Upacara Wiwitan ini merupakan bukti upaya para leluhur menjaga keharmonisan warga dengan alam serta sang khalik, satu butir nasi yang kita makan selama ini merupakan hasil jerih payah para petani, saya harapkan dengan gelar upacara ini menggugah generasi muda untuk ikut serta menjaga kelestarian alam melalui media pertanian rakyat, harap Bupati.

Lebih lanjut dia mengatakan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian massif dewasa ini harus kita sikapi dengan bijak tanpa harus meninggalkan adat budaya yang adiluhung. Kearifan lokal atau local wisdom harus senantiasa kita jaga untuk mempertahankan keserasian dalam hidup bermasyarakat. (rch/kominfo)

Berbagi:

Pos Terbaru :