Madanitec, Perusahaan Teknologi Tepat Guna Asal Bantul yang Merajai Pasar Nusantara

Dari bengkel sederhana di pojok desa Wirokerten, Banguntapan, kini nama Madanitec dikenal luas sebagai salah satu produsen mesin teknologi tepat guna yang sukses menembus pasar nasional hingga internasional.

Didirikan pada tahun 2010 oleh Wahyu Arrazi, alumni Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Madani Technology atau Madanitec bermula dari ide sederhana: bagaimana menciptakan mesin yang benar-benar dibutuhkan masyarakat, terutama dalam hal pengolahan sampah dan produksi skala menengah.

"Awalnya hanya produksi kecil-kecilan di bengkel, kemudian karena melihat potensi marketnya mendukung jadi terus kami kembangkan," tutur Wahyu saat ditemui di workshop mereka di Jalan Gunung Kepuh No. 1, Kepuh Wetan, Bantul.

Kini, Madanitec memiliki lebih dari 20 karyawan dan telah mengembangkan hampir 200 jenis produk. Salah satu yang paling populer adalah mesin pemilah sampah, yang memiliki delapan varian tergantung kapasitas dan tingkat kehalusan hasil pemilahannya. Wahyu Arrazi menyebut, mesin terbesar bahkan mampu memproses 4 ton sampah per jam, dengan harga mencapai Rp 220 juta.

"Yang paling banyak dicari sekarang mesin pemilah dan mesin press. Tapi tiap tahun beda-beda, tergantung tren dan kebutuhan pasar," ujar Wahyu.

Pasar Madanitec tidak main-main. Wahyu mengisahkan, produknya telah menjangkau hampir seluruh provinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dengan permintaan tertinggi dari wilayah Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Banyak pembelinya datang dari distributor atau makelar yang memasok ke berbagai instansi dan pemerintah.

Sebagai contoh, mesin pemilah dengan ukuran 120 dijual dengan harga  Rp 22 juta yang proses produksi satu mesinnya memakan waktu satu hingga dua minggu. “Tapi kalau buat empat sampai lima barang mungkin malah bisa lebih cepat karena bisa kita kerjakan secara paralel,” bebernya. 

Tak hanya menjual mesin yang ready stock, Madanitec juga melayani pesanan khusus. Bahkan, mereka pernah membuat mesin ekstraksi curcumin dengan harga mencapai Rp 500 juta. 

Wahyu Arrazi menuturkan, rata-rata omzet mereka per bulan berkisar antara Rp 200–300 juta, dan bisa melonjak hingga tiga kali lipat di akhir tahun. Bahkan, produk Madanitec pernah menembus pasar ekspor ke Timor Leste. Hal ini menjadi bukti bahwa inovasi lokal dari Bantul mampu bersaing di pasar internasional. (Fza)

Berbagi:

Pos Terbaru :