Di Pendopo Parasamya Bantul, GKR Hemas Buka Jogja Internasional Batik Biennale 2018

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Tingkat DIY GKR Hemas membuka Pameran Batik Jogjakarta atau Jogjakarta Internasional Batik Biennale Indonesia (JIBB) Tahun 2018 berlangsung di Pendopo Parasamya Bantul, Jum'at (31/8).

Dalam sambutannya GKR. Hemas menyampaikan bahwa sejak tahun 2014 Jogjakarta Indonesia ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh Word Craft Council (WCC) badan PBB dibidang kerajinan has daerah di dunia, yang menerangkan pula bahwa batik bukan saja milik Jogjakarta, namun milik semua daerah yang tersebar di Indonesia sebagai kerajinan unggulan yang khas dan dilakukan masyarakat secara konsisten yang cukup memberikan kesejahteraan para pelakunya.

Dalam pameran ini, kata GKR. Hemas juga akan memberikan informasi bahwa Bantul mempunyai kekayaan produk batik yang luar biasa. "Namun diluar itu, saya sangat prihatin terhadap banyaknya produk printing motif batik yang sangat menganggu produk batik asli, sehingga mengecoh para pembeli untk membeli produk printing tersebut, yang imbas negatifnya terhadap produsen batik asli serta menurunkan kesejahteraan apara pelaku batik di daerah," terangnya.

Kami berharap, tambah GKR. Hemas, batik yang ada di kota Jogjakarta ini tidak hanya berasal dari daerah lokal seperti Bantul, Sleman dan lainnya, akan tetapi juga batik dari berbagai kota yang ada di Jawa khususnya , sehingga para pembeli batik akan lebih banyak bisa memilih bermacam corak batik yang akan semakin memberikan kesejahteraan baik bagi pedagang batik maupun bagi pengrajinya.

Sementara sambutan Kepala Dinas Perdagangan DIY Drs. Tri Saktiyana, M Si menyampaikan ucapan selamatnya kepada GKR. Hemas atas penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari pemerintah sebagai satu-satunya pasangan suami istri yang sempurna.

Tri Sakti menambahkan, dari penghargaan dunia kepada Jogjakarta sebagai Kota Batik Dunia pada tahun 2014, didalamnya juga menyatakan bahwa batik adalah merupakan warisan budaya tak benda, karena batik secara tersirat bisa bicara tentang potensi tiap-tiap daerah yang mempunyai corak batik secara has. Menurut Tri saktiyana pameran akan berlangsung selama tiga hari yaitu dari hari Jumat (31/8) hingga hari Minggu (2/9) dengan peserta sebanyak 75 stand batik yang terdiri dari 52 stand dari Bantul, 5 stand dari Sleman, empat dari Gunung Kidul, empat dari Kulonprogo , lima dari Kota Jogjakarta dan lima stand mewakili DIY. Diikuti pula atraksi membatik oleh siswa SD dan tarian sepeda ontel dari Dinas Kebudayaan Bantul.

Hadir pula pada acara tersebut Wakil Bupati Bantul, H. Abdul Halim Muslih, Ketua Dekranasda Bantul Hj. Erna Suharsono, GKR. Adi Pati Paku Alam X dan OPD terkait tingkat DIY dan Bantul.

Pada kesempatan tersebut ditampilkan 16 finalis design batik JIBB Tahun 2018, diantaranya finalis pertama hasil karya Tara Loretta asal Magelang yang masih kuliah di ISI Jogjakarta semester 3 dengan tema ,'Tradision Revolusion', Aldia Putri Aji, Ika Nurcholifah, Fatimah Dimyati dan para designer muda berbakat dengan para peragawatinya, menampilkan hasil karyanya yang tidak kalah dengan designer tingkat nasional. Bahkan sebagian dari designer tersebut masih duduk di bangku SMK.

Sebagai tanda dibukanya JIBB Tahun 2018 di Halaman Kantor Bupati Bantul Kompleks parasamya Bantul, dilakukan pemukulan bende dan pengguntingan pita oleh GKR. Hemas didampingi oleh para pejabat dan segenap panitia, sebagai tanda dibukanya JIBB 2018. (Sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :