Wakil Bupati Bantul Launching Program Memilah Sampah, Menabung Emas

Diskominfo - Persoalan mengenai sampah di Indonesia tidak akan ada habisnya. Namun berbeda dengan Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Pasalnya, pada hari Senin, 01 Juli 2019 kemarin baru saja mengadakan Launching Memilah Sampah, Menabung Emas. Acara tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Pegadaian Semarang dan Pemerintah Desa Panggungharjo, yang dihadiri oleh H. Abdul Halim Muslih selaku Wakil Bupati Bantul, Alissa Wahid selaku Sekretaris LKKNU Pusat, Mulyono, SE. MM. selaku Pimpinan Wilayah Pegadaian Semarang, Musholih SE, MM., Deputi Bisnis Wilayah Yogyakarta, camat, Kapolsek, Lurah Desa dan jajaran perangkat desa, Eko Pangabudi selaku Direktur Pemdes dan pengurus pemdes, serta perwakilan yang lain.

Alissa Wahid,selaku Sekretaris LKKNU mengungkapkan upaya pengembangan ekonomi kerakyatan yang sebenarnya itu bisa menjadi penguatan dalam hidup berumahtangga, karna beberapa masalah Rumah tangga dan perceraian itu dikarenakan masalah ekonomi.

Seandainya seluruh warga NU tahu bagaimana cara mengelola perekonomian, tentu persoalan semacam itu dapat teratasi, serta NU dapat memberi kemaslahatan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, harap Alissa.

Putri Gus Dur ini mengatakan dalam upaya membentuk kemaslahatan keluarga yang diharapkan akan berdampak pada kemaslahatan lingkungan, LKKNU mengampanyekan dalam setiap keluarga terdiri dari ayah yang saleh, ibu yang salehah, anak yang abrar, lingkungan yang baik, dan rezeki yang halal dan cukup.

Upaya pengembangan ekonomi dilakukan dengan menambah income, dan mengelola income yang sudah ada. Pengenalan emas sebagai instrumen investasi seperti yang diadakan PT. Pegadaian merupakan pengelolaan income yang tepat, pungkasnya.

Sedangkan H. Abdul Halim Muslih selaku Wakil Bupati Bantul mengungkapkan bahwa setiap hari Kabupaten Bantul memproduksi sampah sebanyak 600 ton yang dihitung menggunakan sampling atau uji petik. Sepertiga diantaranya dapat diambil dan dibuang di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Piyungan, sisanya dapat ditemukan di sungai, di selokan, di inggir jalan, dan lain-lain.

Beliau mengungkapkan bahwa upaya pemerintah dalam melengkapi sarana, prasarana, dan infrastruktur persampahan, membangun TPSS, membuat tong-tong sampah termasuk di tempat pariwisata dinilai tidak begitu signifikan karena kita sendiri belum sadar akan budaya bersih lingkungan.

Saya pernah disuruh keluyuran di Sidney dan Singapura, saya amati dijalan-jalan itu, segerombolan anak muda dijalan, sambil minum-minuman kalengan itu, setelah habis itu mereka pegang terus sampai menemukan tong sampah. Kalau di kita kan tidak, dibuang seenaknya saja, ini soal budaya, sehingga pembangunan kebudayaan bersih sampah, ramah lingkungan ini harus terus kita lakukan. Ungkapnya.

Beliau mengungkapkan bahwa masalah sampah setelah infrastruktur harus kita bangun, salah satu budaya bersih sampah adalah budaya memilah. Saya sendiri belum lama, baru 2 bulan ini saya mengevaluasi keluarga rumah tangga saya sendiri, saya mempunyai tong pemilah sampah di halaman rumah. Tetapi dalam praktek keseharian, sampah-sampah yang diproduksi oleh kami sekeluarga masih saja tercampur. Akhirnya saya membuat pemilahan sampah itu di dapur. Karena kalau kita beli apa-apa dari pasar, dari supermarket, dari toko itu sumber sampahnya dari dapur. Saya beri 3 tong sampah, diantaranya organik, termasuk sisa-sisa makanan, kemudian kertas, dan plastik. Ternyata saya evaluasi, 2 bulan ini saya berhasil memilah sampah dengan hampir sempurna. Ucapnya.

H. Abdul Halim Muslih merasa bangga dan bersyukur, pegadaian bersama Pemdes Panggunglestari sudah memulai, dan insyaallah akan dijadikan rututif pengelolaan sampah terpadu di Kabupaten Bantul dan dapat tularkan ke desa-desa yang lain.

(erna umy/diskominfo)

Berbagi:

Pos Terbaru :