Kenalkan Sejarah Lokal kepada Masyarakat dengan Lawatan Sejarah Cagar Budaya

DISKOMINFO - Cagar budaya di Kabupaten Bantul banyak yang belum dikenal sejarahnya oleh masyarakat, padahal memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Guna meningkatkan pengetahuan terhadap keberadaan dan sejarah cagar budaya tersebut Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul menggelar kegiatan Peningkatan Kapasitas Sejarah Lokal yang berupa Lawatan Sejarah Tahun 2019 untuk Masyarakat Umum Kamis (25/5).

Ada tiga lokasi yang dikunjungi yaitu Makam Syeh Maulana Maghribi , Cepuri Parangkusumo dan Museum Purbakala Pleret. Diikuti kurang lebih seratus peserta yang mewakili 14 komunitas antara lain : Guru Sejarah, Komunitas Film Belantara, Paguyuban Sineas Kabupaten Bantul, HPI Kabupaten Bantul, Dimas Diajeng, Pendamping Desa Budaya, Ikatan Mahasiswa Bantul, Forum Anak Bantul, Komunitas Malam Museum, Jurnalis Kabupaten Bantul, Komunitas Kandang Kebo, MISI Kabupaten Bantul serta OPD terkait yaitu Dinas Komunikasi dan Informatika dan Dinas Perpustakaan dan Arsip.

Kegiatan diawali dengan Upacara Pelepasan di halaman Dinas Kebudayaan yang dipimpin oleh Kepala Bidang Sejarah Bahasa Sastra Drs. Dahroni, M.M. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa masyarakat banyak yang tidak mengetahui sejarah lokal dan cagar budaya yang ada di daerahnya. Kegiatan wisata anak sekolah juga malah memilih yang jauh misalnya Bali. " Dengan keprihatinan ini maka diadakan kegiatan Lawatan Sejarah yang melibatkan anak sekolah, guru sejarah dan masyarakat umum. Terutama para guru diharapkan nantinya bisa menyampaikan kembali kepada murid-muridnya agar bisa mengenal sejarah lokal tidak hanya dari buku, " pesan Dahroni.

Tujuan pertama yaitu mengenal sejarah Syeh Maulana Maghribi di Grogol, Mancingan, Parangtritis. Menurut penuturan Abdi Dalem Suraksa Jaladri, Syeh Maulana Maghribi berasal dari Maroko, sengaja datang ke tanah Jawa untuk menyebarkan ajaran Agama Islam. Dalam silsilahnya beliau yang menurunkan Raja Mataram Islam yang pertama yaitu Panembahan Senopati.

Tujuan kedua Cepuri Parangkusumo untuk mengenal sejarah Mataram Islam. Di dalam cepuri terdapat Sela Dampar yang menurut abdi dalem juru kunci diyakini sebagai tempat bersemedi Panembahan Senopati saat akan mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Saat semedi Panembahan Senopati ditemui Kanjeng Ratu Kidul yang bersedia membantu, namun dengan syarat harus selalu ada ikatan batin antara Raja Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul. Kanjeng Ratu Kidul menurut cerita abdi dalem dulunya manusia biasa, Putri Raja Pajajaran yang bernama Dewi Ratna Suwida. Karena tidak mau menikah diusir oleh raja. Sang Putri kemudian bersemedi dan ingin hidup sepanjang jaman. Manusia tidak mungkin bisa hidup sepanjang jaman, akhirnya keinginannya dikabulkan dengan menjadi roh halus yang bertahta di Kraton Kidul dan menguasai seluruh lautan sepanjang Selatan Pulau Jawa. Tradisi labuhan adalah salah satu bentuk penghormatan Kraton Mataram terhadap Kanjeng Ratu Kidul. Parangkusumo merupakan bagian dari Sumbu Imajiner yang lurus dengan keraton, tugu dan Gunung Merapi. Cepuri ini dianggap tempat yang mustajab untuk berdoa sehingga banyak peziarah yang datang. Di Parang kusuma ini juga dapat kita temui serupa pintu gerbang yang menuju ke Keraton Laut Kidul.

Tujuan ketiga mengenal sejarah Mataram Pleret yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Islam abad 17 M. Disini dapat ditemui peninggalan sisa-sisa bangunan Kerajaan Kerto ( Masa Sultan Agung Hanyakrakusuma) dan Keraton Pleret ( Masa Susuhunan Amangkurat I). Letak bangunan museum ada di Dusun Kedaton yang merupakan bekas Kerajaan Pleret. Situs yang asli terletak disitu adalah Sumur Gumuling yang merupakan sumber air Komplek Kraton Pleret. Untuk melengkapi visualisasi pengunjung akan diputarkan film tentang sejarah pembangunan Keraton Kerto dan Pleret yang sudah sangat tinggi peradapannya saat itu, seperti membangun tembok pagar kraton yang tinggi dan tebal, membendung Sungai Oya menjadi lautan buatan yang disebut Segarayasa untuk keperluan latihan perang dan wisata.

(Sri Mulyani)

Berbagi:

Pos Terbaru :