Meriahkan Muktamar ke-34 NU, Lesbumi DIY Gelar Pameran “Matja #2”

Bupati Bantul menghadiri Pameran Seni Rupa bertajuk Matja #2 yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (PW Lesbumi NU) D.I. Yogyakarta di Galeri R.J. Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 23 - 31 Desember 2021. Pameran ini digelar setiap lima tahun sekali bersamaan dengan diselenggarakannya Muktamar NU. 

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dalam sambutannya menyampaikan, Tema “Potret Kiai” menurut Bupati Bantul sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari kita. Dalam kehidupan bermasyarakat, kiai menjadi rujukan untuk berbagai kebutuhan dan hajatan.

“ Dalam tradisi kita, kiai adalah tokoh sentral, panutan, mulia, menjadi referensi. Bahkan sebagian masyarakat menganut ‘urip mati nderek kiai’. Dalam kehidupan sehari-hari, dari kelahiran hingga kematian kita selalu membutuhkan kiai. Dan ini sangat tepat digelar bersamaan dengan adanya Muktamar ke-34 NU. Kita berharap ada putusan-putusan yang membawa banyak maslahat untuk bangsa dan negara,” kata Bupati Bantul tersebut.

Abdul Halim menuturkan bahwa Bantul merupakan bagian penting dalam proses berkesenian. Sebab di Bantul terdapat SMK, akademi, dan institut seni yang menjadi rujukan nasional, bahkan internasional. Selain itu, Bantul juga menjadi pilihan bagi para seniman untuk tinggal. Kehadiran Bupati Bantul ini sekaligus untuk membuka pameran tersebut.

Sementara itu, kurator Pameran Matja #2 mengungkap bahwa karena digelar hanya lima tahun sekali, pameran ini menjadi langka. Dari tema yang diusung, ia mengumpulkan 51 seniman untuk berpameran hingga penghujung tahun.

“ Ini pameran langka. Pameran yang khusus diadakan ketika ada Muktamar. Pameran pertama pada 2015, ketika Muktamar Jombang. Matja menjadi tonggak di mana Kanjeng Nabi Muhammad Saw mendapatkan wahyu pertama di Gua Hira. Selain Matja, Lesbumi ada pameran Kembulan. Kalau Matja setiap lima tahun, Kembulan digelar tahunan. Dan pada tahun ini 51 perupa menjadi representasi kehidupan kiai dan santri. Semoga dari karya-karya yang dipamerkan akan didapatkan intisari pemikiran para kiai,” ujar A. Anzib.

Saking langkanya pameran ini, kolektor seni Oei Hong Djien rela menunda keberangkatannya ke Jakarta untuk menghadiri acara Natal bersama keluarga. “Merasa nyaman di komunitas NU. Seni dan budaya di NU sudah menyatu dan terintegrasi. Oleh sebab itu, saya rela membatalkan acara Natalan di Jakarta untuk hadir di sini,” katanya diiringi tepuk tangan penonton.

Acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata kepada Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dan kolektor seni dr. Oei Hong Djien. Keduanya kemudian memasuki ruang pamer bersama para penonton dan seniman. Acara ditutup dengan makan bersama di atas daun pisang atau kembulan. 
 

Berbagi:

Pos Terbaru :