Pupuk Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme melalui Peringatan Umum 1 Maret

Serangan Umum 1 Maret 1949 dilatarbelakangi oleh Belanda yang menghianati perjanjian Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Kala itu, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota Republik Indonesia dan menangkap pemimpin-pemimpin Republik Indonesia.

Kurang lebih satu bulan setelah dilancarkannya Agresi Militer Belanda II, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyusun strategi untuk melakukan serangan balasan terhadap tantara Belanda. Serangan ini dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Kol. Bambang Sugeng. Serangan ini juga bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan cukup kuat.  Selain itu serangan ini juga diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang juga sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih yang ditemui saat menghadiri menjadi Inspektur Upacara dan Tabur Bunga Peringatan 74 Tahun Serangan Umum 1 Maret 1949 di Taman Makam Perjuangan Somenggalan Argomulyo, Sedayu, Bantul, Selasa (28/02/2023) menuturkan bahwa hikmah yang harus dipetik dalam peringatan Serangan Umum 1 Maret ini, khususnya untuk generasi muda adalah mempertahankan tanah air itu sampai kapan pun harus kita lakukan. Oleh karenanya, jiwa Nasionalisme dan Patriotisme harus terus dipupuk. Salah satunya adalah dengan ikut memperingati Serangan Umum 1 Maret ini.

 “Kalau kita tidak mlakukan peringatan-peringatan kejuangan para pahlawan semacam ini, jiwa Nasionalisme dan Patriotisme kita akan melemah. Jadi, selamat memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949,” ujar Bupati. (Ans)

 

 

 

 

Berbagi:

Pos Terbaru :