Mulanya Merasa Tidak Berguna, Para Lansia Ini Lebih Bahagia Usai Ikut Ginastel

Sajimin (71), pernah menjalani prosesi wisuda Diploma 2 pada tahun 1997. Namun, ketika ia mengikuti Wisuda Sekolah Terpadu Lansia Ginastel di Aula Pemda II Manding pada Rabu (18/12/2024), ada perasaan berbeda.

“Rasanya haru, trenyuh, campur aduk. Wah bagaimana ya. Rasanya tidak bisa tergambarkan. Hari ini saya senang sekali pokoknya. Sangat bermakna,” ujar warga Nogosari ini.

Bagi Sajimin, mengikuti Ginastel (Gigi Sehat Badan Kuat dengan Sekolah Terpadu Lansia) sangat membantunya dalam menjalani hari di usia senja. Dulu, ia adalah seorang guru Sekolah Dasar. Ketika pensiun dan masuk masa lansia, Sajimin mulai merasa hampa. Ada kalanya ia merasa tidak berguna, tidak berfungsi, dan beban bagi masyarakat. Maka, menjadi siswa Ginastel dan mengikuti seluruh kegiatannya serupa air yang mengaliri hilir-hilir kering pada diri Sajimin.

“Lansia itu bukan rongsokan. Ini yang saya sadari saat belajar di Ginastel. Senang sekali karena saya merasa dimanusiakan. Terhibur juga karena bertemu teman-teman lama,” imbuhnya.

Semangat untuk belajar di Ginastel juga ditunjukkan pada pribadi Wiyono (68). Kendati saat ini indera penglihatannya sudah tidak berfungsi akibat diabetes, ia tetap semangat belajar di Ginastel bersama sang istri, Wajiyem (68). Ketika berangkat untuk belajar di Ginastel, Wiyono meniti tali rafia yang telah terhubung dengan Wajiyem sebagai penuntun. Sebelum adanya Ginastel pun, Wiyono dan Wajiyem sudah terlebih dahulu rajin mendatangi Posyandu Lansia.

Lain lagi dengan kisah wisudawati yang akrab disapa Mbah Trisno. Tak pernah sekalipun ia mencecap bangku kuliah. Pendidikan formal yang ia rasakan hanya mentok di kelas 5 SD. Kini, ketika ia mengikuti prosesi wisuda di usia 79 tahun, Mbah Trisno merasa bangga dan senang bukan main.

Salah satu tujuan dari Ginastel memang untuk meningkatkan kualitas hidup lansia menuju lansia sehat, mandiri, dan bahagia. Ginastel yang dicetuskan oleh drg. Prasasti Bintarum dari Puskesmas Imogiri I Bantul ini mengemas pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan gigi dan kesehatan secara umum dengan cara yang menyenangkan dan komprehensif. Cara ini cukup berhasil menarik minat lansia untuk belajar di Ginastel mengingat jumlah siswa yang naik empat kali lipat pada tahun ini.

“Tahun lalu hanya sekitar 100. Sekarang naik empat kali lipat, ada 400 siswa. Banyak yang dipelajari ya. Seperti pola makan sehat, informasi tentang demensia, senam bersama, dan tentu saja tentang kesehatan gigi dan mulut,” tutur Kepala Puskesmas Imogiri I, dr. Titis Indri Wahyuni.

Menyambung pernyataan tersebut, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul, Gunawan Budi Santosa, menegaskan bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan lansia di Bantul adalah hak yang patut diperjuangkan. Oleh sebab itu, ia mengapresiasi betul inovasi Ginastel yang juga sudah diakui secara nasional.

“Kita juga tahu ya bahwa Ginastel sudah mendapat penghargaan tingkat nasional. Betul, salah satu tips sehat agar bahagia bagi lansia adalah menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kalau gigi dan mulut sehat, simbah-simbah kita ini lebih mudah mengunyah dan menelan makanan. Sehingga nutrisi yang terserap semakin baik,” ujar Gunawan. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :