Masuk Masa Panen Raya Padi Pertama, Serapan Gabah Kering di Bantul Capai 169 Ton

Hingga kini, Bantul masih menjadi salah satu lumbung pangan serta penopang kebutuhan akan beras bagi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bantul menaruh perhatian khusus pada sektor pertanian mengingat sektor ini juga menjadi salah satu sektor penting yang memberi kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul. 

Beberapa upaya telah digenjot Pemerintah Kabupaten Bantul agar sektor pertanian tetap digdaya di tengah gempuran tantangan di dunia pertanian. Salah satunya dengan membebaskan pajak bumi dan bangunan (PBB) bagi lahan pertanian produktif untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bantul juga mengejar serapan gabah kering dapat berjalan optimal. Hal ini disampaikan oleh Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, saat melakukan panen raya padi di Bulak Kedon, Bambanglipuro, Jumat (21/3/2025).

“Pembebasan PBB bagi lahan pertanian produktif ini untuk menjaga lahan pertanian agar tidak terus berkurang. Jangan sampai lahan pertanian produktif ini alih fungsi menjadi yang lain. Lalu serapan gabah kering, harus bisa terserap optimal. Untuk panen raya pertama ini, per 10 Maret 2025, capaian serapan gabah kering mencapai 169 ton,” ujar Aris.

Capaian gabah kering pada masa panen di Kabupaten Bantul, tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung maupun penghambat. Maka, Pemerintah Kabupaten Bantul terus melakukan langkah-langkah percepatan tanam dan panen dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, irigasi, ketersediaan pupuk dan benih unggul, hingga pengendalian hama penyakit ramah lingkungan.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono, yang hadir pada acara yang sama, menyampaikan pendapat serupa. Soal serapan gabah, misalnya. Jika dulu Bulog menunggu setoran gabah di gudang, kini Bulog mulai merubah sistem dengan mendatangi langsung para petani untuk membeli gabah. Harga yang dipatok Bulog adalah Rp 6.500 per kilogram. Dengan demikian, Sudaryono mengimbau kepada petani yang hendak menjual gabah kering di luar Bulog untuk tidak menjual di bawah harga tersebut.

“Bulog memang mulai turun ke lapangan, menemui langsung para petani. Tapi tentu tidak bisa menjangkau semua. Kalau Bapak Ibu hendak menjual di luar Bulog, jangan mau dijual di bawah Rp 6.500. Ini agar harga panen Bapak Ibu itu tidak anjlok,” tutur Sudaryono.

Selain gabah, sisi lain yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan pupuk dan irigasi. Saat ini, pemerintah tengah memangkas proses birokrasi soal pupuk yang selama ini tergolong ruwet agar lebih mudah dijangkau petani. Tentang irigasi, ini juga menjadi PR tersendiri bagi Kabupaten Bantul.

“Kemarin Bantul sudah mengusulkan 65 titik irigasi tersier ke Kementerian Pertanian. Usulan ini sudah kami terima dan sedang kami proses dan dilaksanakan bertahap,” imbuhnya.

Sebagai pamungkas, Sudaryono memberi pesan kepada para petani agar langsung mengolah kembali lahan bekas panen agar petani dapat melakukan panen padi sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :